Beda dengan Serangan, Kenali Gejala Henti Jantung yang Juga Picu Kematian

×

Beda dengan Serangan, Kenali Gejala Henti Jantung yang Juga Picu Kematian

Bagikan berita
Beda dengan Serangan, Kenali Gejala Henti Jantung yang Juga Picu Kematian
Beda dengan Serangan, Kenali Gejala Henti Jantung yang Juga Picu Kematian

[caption id="attachment_3618" align="alignnone" width="650"]Ilustrasi (net) Ilustrasi (net)[/caption]KASUS seseorang yang meninggal mendadak sering dikira sebagai serangan jantung. Padahal, kondisi tersebut bisa juga akibat henti jantung mendadak. Henti jantung mendadak dan serangan jantung sendiri tidak sama.

Menurut American Heart Association (AHA) meninggal mendadak akibat jantung adalah kematian mendadak akibat jantung yang terjadi dalam satu jam sejak awal gejala muncul. Henti jantung mendadak hampir selalu disebabkan ventricular fibrillation (VF) dan penyakit yang mendasari tersering adalah penyakit jantung koroner.Bisa juga karena gagal jantung kongestif, penyakit jantung hipertensi, penyakit jantung katup, myocarditis, kehilangan darah dalam jumlah besar, kekurangan oksigen, kadar kalium darah terlalu rendah atau terlalu tinggi, latihan fisik yang terlalu berat, trauma dada, overdosis, dan keracunan.

Dr Jeffrey Wirianta SpJP FIHA dari RS Jantung Diagram, Depok mengatakan, henti jantung mendadak kadang didahului beberapa gejala seperti pingsan, pandangan gelap, pusing, nyeri dada, sesak napas, lemas, dan muntah.“Namun, bisa juga terjadi tanpa gejala awal. Saat terjadi henti jantung mendadak, tanda yang paling nyata adalah hilangnya denyut nadi,” katanya.

Beberapa tindakan bantuan bisa mengembalikan kondisi henti jantung. Sebaliknya, bila tidak dilakukan, hampir pasti pasien akan meninggal akibat aliran darah ke otak tidak mencukupi. Korban akan kehilangan kesadaran dan berhenti bernapas.Masalahnya, tidak semua orang, bahkan petugas medis, mampu menilai denyut nadi karotis dalam keadaan darurat sehingga direkomendasi untuk menilai “bukti adanya sirkulasi”, bukan ada-tidaknya denyut nadi, seperti batuk, napas tersengal, warna kulit, gerakan kejang.

Diwartakan okezone, AHA menyatakan dengan adanya program penanganan emergensi terbaik, angka survival masih sangat rendah karena kejadian umumnya tidak ada yang menyaksikan atau waktu yang terlalu lama saat pertolongan tiba.Adapun pencegahannya mencakup pengaturan pola makan sehat, olahraga teratur, stop merokok, pengaturan tekanan darah, pengaturan kadar kolesterol darah, pengaturan kadar gula darah, penggunaan obat-obat jantung secara teratur, dan bila perlu penggunaan alat implantable cardioverter defibrillator (ICD). (aci)

agregasi okezone1

Editor : Eriandi
Tag:
Bagikan

Berita Terkait
Ganefri
Terkini