Oleh Hendri Nova, Wartawan Harian Singgalang
Ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit M.Djamil Padang unit anak, benar-benar meremas-remas hati saya waktu itu. Tak hanya saya yang lagi dirundung musibah, dengan kondisi anak saya yang sakit parah.
Di usianya yang baru 25 hari, dia menderita demam tinggi. Pemeriksaan awal menurut dokter karena kuman yang ada di kulitnya yang bernanah, telah masuk jaringan darah.
Karena sudah parah, menyebabkan anak saya tidak mau lagi menyusu dengan ibunya. Itu membuat saya panik dan meminta bantuan rumah sakit untuk menanganinya. Panasnya sudah sampai 40 derajat. Saya takut dia step di usia yang sangat rentan itu.
Ternyata ada dua bayi lain yang kondisinya lebih parah dibanding bayi saya. Satu orang bayi terlihat susah bernafas. Tabung oksigen menyertainya kemanapun pergi. Ia dibawa ke IGD karena nafasnya kembali tidak normal.
Sementara satu bayi lagi terpaksa harus dipasang infus kiri kanan oleh tim dokter. Selain karena masalah paru-paru, kondisinya juga masuk kategori gawat.
Dokter saya lihat bergotong royong menyelamatkan bayi tersebut. Sementara ayah ibunya hanya bisa berpelukan menangis, karena tidak tahu harus berbuat apa-apa.
“Pak... bapak punya kartu BPJS Kesehatan, anak bapak harus dirawat,” kata dokter yang menanganinya.
“Ada pak, tapi saya sudah telat bayar. Nanti saya urus. Tapi tolonglah anak saya dulu pak,” jawab si orang tua bayi.
Editor : Eriandi, S.Sos
