[caption id="attachment_34598" align="alignnone" width="650"]
Fahri Hamzah (ist)[/caption]JAKARTA - Keluarnya Inggris dari Uni Eropa dan berbagai kasus sejenis yang menjalar di Eropa akibat kekecewaan-kekecewaan kepada penguasa, sehingga membangkitkan kembali paham ultra nasionalisme.
Wakil Ketua DPR RI Fahri Hamzah mengatakan, di Indonesia sendiri memang belum mencapai titik ekstrim itu, meski gejala ke arah sana sudah ada. Namun harus tetap diwaspadai karena kalau yang normal tidak jalan, maka yang berjalan adalah yang tidak normal."Makanya jika Jokowi gagal, maka saya prediksi politik kita akan merindukan orang yang memiliki narasi yang rumit. Hal ini karena kecerdasan publik akan mengantarkan pada kerinduan terhadap orang yang punya narasi yang komplek," jelasnya.
Menurutnya, saat ini Jokowi sukses dengan menggunakan narasi yang mensiplifikasi masalah, sehingga kalau gagal publik tidak akan percaya lagi dengan pemimpin seperti ini."Kalau sekarang sukses dengan simpilifikasi, maka publik tidak akan percaya. Cara kita mendapatkan uang untuk negara semuanya ini simplifikasi," tegasnya.Menurut Fahri, seharusnya demokrasi di negara ini boleh lagi mentolerir simplifikasi, karena yang harus dominan dalam pengambilan keputusan adalah adalah ilmu pengetahuan. Kalau dominannya itu cuma interes atau kepentingan saja, pasti disesali."Itu sudah banyak terjadi di indonesia, kasus keuangan dan politik yang dilakoni secara tertutup dan yang dominan interes atau kepentingannya daripada pengetahuan. Makanya saya mau mendorong eksekutif untuk tidak terlalu gampang ambil keputusan.Yang gampang itu tidak baik," tegasnya. (ery satria)
Editor : Eriandi, S.Sos
