Fenomena Equinox Lintasi Sumbar pada 23 September

×

Fenomena Equinox Lintasi Sumbar pada 23 September

Bagikan berita
Fenomena Equinox Lintasi Sumbar pada 23 September
Fenomena Equinox Lintasi Sumbar pada 23 September

[caption id="attachment_16642" align="alignnone" width="600"]Ilustrasi (net) Ilustrasi (net)[/caption]PADANG - Fenomena equinoxakan melintasi Sumatera Barat pada 23 September nanti. Equinox merupakan fenomena astronomi yang terjadi ketika matahari berada tepat diatas garis khatulistiwa yang terjadi dua kali dalam setahun.

Pada saat fenomena ini berlangsung, durasi siang dan malam di seluruh bagian Bumi relatif hampir sama, termasuk pada wilayah subtropis di bagian utara maupun selatan.Salah satu tupoksi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) sebagai institusi pemerintah adalah memberikan informasi dan pelayanan tanda waktu, termasuk pelayanan informasi pergerakan matahari dan bulan.

Fenomena ini mulai terjadi pada 21 Maret dan 23 September 2017, melintasi beberapa provinsi di wilayah Indonesia mulai dari Ternate, Maluku Utara, Sulawesi Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, Kepulauan Riau, Riau, Sumatera Barat dan berakhir di Pulau Telo Sumatera Utara.Di Sumatera Barat, fenomena ini akan melintasi tiga kabupaten, yakni Limapuluh Kota, Pasaman dan Pasaman Barat.

Salah satu dampak yang kerap kali muncul saat terjadi fenomena equinox adalah terjadinya peningkatan suhu udara. Rata-rata suhu maksimal di wilayah Indonesia adalah sekitar 32-36 oC. Meningkatnya suhu udara menyebabkan meningkatnya tingkat penguapan. Hal ini dapat memicu pertumbuhan awan yang lebih cepat serta curah hujan yang lebih tinggi.Terjadinya gelombang tinggi juga merupakan dampak lain dari fenomena ini. Hal ini disebabkan meningkatnya suhu disekitar khatulistiwa. Meningkatnya suhu menyebabkan tekanan rendah, dimana angin bergerak menuju ke pusat tekanan rendah.

Pergerakan angin yang mengarah ke khatulistiwa dapat menyebabkan gelombang tinggi di wilayah khatulistiwa. Jika fenomena equinox bersamaan dengan fenomena/gangguan cuaca lain seperti daerah tekanan rendah, kovergensi, MJO (Madden-Julian Oscillation) bisa mengakibatkan cuaca ekstrem.Kepala Stasiun Geofisika Padang  menyatakan Rahmat Triyono mengimbau masyarakat  untuk mengantisipasi cuaca yang cukup panas dengan tidak banyak beraktifitas di luar rumah, mengurangi aktifitas di laut, meningkatkan daya tahan tubuh, serta tidak terpancing berita hoax seperti kenaikan suhu yang dapat menyebabkan kerusakan organ dalam. Perlu diwaspadai ketika curah hujan yang tinggi terjadi bersamaan dengan gelombang tinggi dapat menyebabkan banjir di daerah sekitar muara sungai.

 Titik kulminasiPemkab Pasaman melalui Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata bekerjasama dengan BMKG Stasiun Geofisika Padang Panjang melaksanakan kegiatan perayaan titik kulminasi dengan melakukan pengamatan di Bonjol pada 23 September saat matahari berada di atas khatulistiwa. (aci)

 

Editor : Eriandi, S.Sos
Tag:
Bagikan

Berita Terkait
Ganefri
Terkini