Kronologi Tewasnya Pelajar SMA 2 Lubuk Sikaping Akibat Terseret Arus

×

Kronologi Tewasnya Pelajar SMA 2 Lubuk Sikaping Akibat Terseret Arus

Bagikan berita
Kronologi Tewasnya Pelajar SMA 2 Lubuk Sikaping Akibat Terseret Arus
Kronologi Tewasnya Pelajar SMA 2 Lubuk Sikaping Akibat Terseret Arus

[caption id="attachment_4790" align="alignnone" width="650"]Ilustrasi (net) Ilustrasi (net)[/caption]PASAMAN - Seorang pelajar SMAN 2 Lubuk Sikaping, Agil (16) tewas setelah terseret arus Bendungan Durian Tinggi, Nagari Pauh, Lubuk Sikaping, Pasaman, Kamis (8/12).

Sementara rekannya sesama pelajar SMA 2, Ipung (15) masih belum sadarkan diri di rumah sakit. Sedangkan satu korban lagi, Siah masih dalam pencarian Tim SAR gabungan.Sebelumnya, Agil dan Ipung tergelincir saat mandi di sungai. Kedunya hanyut dibawa arus bendungan. Ironisnya Siah, warga setempat yang berniat menolong kedua korban ikut terseret arus yang cukup deras.

Masdul salah seorang warga setempat menjelaskan, awalnya Ipung dan Agil mandi-mandi di bendungan sekitar pukul 14.40 WIB. Tengah asyik mandi, salah satu dari mereka, Ipung tergelincir hingga diseret arus deras.Melihat rekannya hanyut, Agil kemudian menolong. Ironisnya arus yang deras juga menyeret Agil. "Saat hanyut, terdengar teriakan korban oleh salah seorang warga yang berada di lokasi kejadian, yakni Siah," kata Masdul.

Ijal, warga lainnya menambahkan, nasib malang juga menimpa Siah. Bukannya berhasil menolong, ia juga terseret arus.Warga yang mengetahui kejadiaan naas tersebut pun langsung memberitahukannya kepada pihak kepolisian dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pasaman.

Hasilnya setelah dilakukan pencarian, sekitar pukul 15.30 WIB, Ipung ditemukan dalam kondisi tidak sadarkan diri, lalu dievakuasi ke RSUD Lubuk Sikaping.Tidak berselang lama, korban Agil juga ditemukan dalam kondisi tidak sadarkan diri. Malangnya Agil meninggal tak lama berselang. Sementara petugas masih melakukan pencarian korban Siah. (chandra)

Editor : Eriandi, S.Sos
Tag:
Bagikan

Berita Terkait
Ganefri
Terkini