Penjelasan Menteri Agama Soal Tuduhan Minum Arak

×

Penjelasan Menteri Agama Soal Tuduhan Minum Arak

Bagikan berita
Penjelasan Menteri Agama Soal Tuduhan Minum Arak
Penjelasan Menteri Agama Soal Tuduhan Minum Arak

[caption id="attachment_7890" align="alignnone" width="650"]Lukman Hakim Saifuddin (net) Lukman Hakim Saifuddin (net)[/caption]JAKARTA - Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin dituduh meminum arak saat meresmikan Sekolah Tinggi Agama Katolik (STAKat) Negeri Pontianak di Jalan Parit H Mukhsin, Sungai Raya, Kubu Raya pada April lalu.

Tuduhan itu menyebar sebagai fitnah di media sosial pada beberapa bulan lalu dan dimunculkan kembali belakangan ini.Dari rilis Kementerian Agama, Senin (7/8), Lukman membantah keras tuduhan tersebut. Ia menceritakan kejadian sebenarnya dalam suatu acara yang dihubungkan dengan minum arak.

Ceritanya, usai mendapat sambutan tarian adat Dayak, dia diminta memotong bambu yang dipasang melintang di depan pintu masuk STAKat. Setelah itu dia diarahkan supaya menginjak telur sebagai bagian dari prosesi adat sambut tamu kehormatan.“Setelah prosesi itu, saya disodori cawan berisi arak untuk diminum,” cerita Lukman dalam pidatonya di hadapan Gubernur Kalbar Cornelis, dan beberapa kepala daerah.

Melihat Menteri Agama disuguhi arak, Gubernur Cornelis segera melarang Lukman untuk meminumnya. Gubernur lantas menginstruksikan supaya minuman tersebut diganti air putih. Tapi waktunya sudah tidak memungkinkan."Pak Gubernur lalu bilang, tidak perlu dihidangkan ke saya. Namun karena penari yang menyuguhkan cawan itu bingung lantaran dicegah, saya spontan berbisik ke Pak Gubernur, bahwa tidak apa-apa. Ini kan hanya simbol saja untuk menghormati adat. Tapi tidak akan saya telan sedikit pun,” beber Menag.

Gubernur Cornelis langsung menjawab, “Di sini ada banyak wartawan, nanti dipelintir, bisa bahaya dan menjadi masalah di tengah-tengah kehidupan keagamaan kita".Mendengar penjelasan itu, Lukman mengaku terkesan dengan sikap Gubernur. “Jujur, saya mendapatkan pelajaran lagi. Saya menangkap suatu rasa dalam beragama,” ujarnya.

Menurutnya, saran Gubernur Cornelis adalah wujud bagaimana beragama dengan rasa. “Itulah toleransi sebenarnya atau toleransi sesungguhnya. Toleransi adalah kemauan dan kemampuan untuk menghormati dan menghargai perbedaan yang ada pada pihak lain,” ungkapnya.Di era kini, kata Menag, "Banyak yang bicara toleransi, tapi lebih banyak menuntut untuk dihargai dan dihormati. Inginnya agar mereka yang berbeda di luar sana harus menghargai dan menghormati dirinya”.

Lukman melanjutkan, jika semua menuntut dan meminta, lalu siapa yang memberi? “Siapa yang akan memberi penghormatan dan penghargaan kalau semua menuntut dan meminta? Kalau semua umat beragama yang berbeda-beda itu saling memberi, maka semua akan mendapatkan penghargaan dan penghormatan,” katanya.“Bagi saya, kejadian itu adalah pelajaran baik, bahwa beragama tidak cukup dengan logika tapi juga rasa. Mudah-mudahan kita sebagai umat beragama semakin berkualitas dalam menjalani agama dan keyakinan iman masing-masing,” tutupnya. Demikian dilaporkan okezone. (aci)

agregasi okezone1

Editor : Eriandi, S.Sos
Tag:
Bagikan

Berita Terkait
Ganefri
Terkini