Songket Silungkang Harus Keluar dari Pakem untuk Masuk ke Pasar Dunia

×

Songket Silungkang Harus Keluar dari Pakem untuk Masuk ke Pasar Dunia

Bagikan berita
Songket Silungkang Harus Keluar dari Pakem untuk Masuk ke Pasar Dunia
Songket Silungkang Harus Keluar dari Pakem untuk Masuk ke Pasar Dunia

[caption id="attachment_13050" align="alignnone" width="3000"]Seorang penenun mengerjakan songket di Silungkang, Kota Sawahlunto (ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra) Seorang penenun mengerjakan songket di Silungkang, Kota Sawahlunto (ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra)[/caption]SAWAHLUNTO - Pemerhati songket asal Swiss, Bernhard Bert menilai penggunaan kain songket Silungkang asal Kota Sawahlunto sebagai bahan pakaian jadi masih membutuhkan beberapa inovasi baru, tanpa harus meninggalkan nilai tradisi dan sejarah yang melekat pada kerajinan yang sudah berumur ratusan tahun tersebut.

"Pengrajin harus berani keluar dari pakem yang sudah diwariskan secara turun temurun, seperti penggunaan jenis benang, kombinasi motif yang lebih mengutamakan estetika dan selera pasar, serta proses penenunan benang menjadi kain," katanya di Sawahlunto, Sabtu (29/8).Menurutnya, songket Silungkang memiliki sifat kain yang keras dan kaku sehingga kurang nyaman dipakai sehari-hari, akibatnya peluang pasar yang tersedia pun menjadi terbatas, karena hanya bisa digunakan oleh orang-orang atau beberapa kegiatan tertentu saja.

Pemberian motif yang terlalu banyak dan tidak mengindahkan nilai-nilai estetika serta selera pasar, dikhawatirkan akan menghambat perkembangan pemasaran hasil produksi pengrajin, sehingga pekerjaan berbulan-bulan untuk menghasilkan songket yang berkualitas menjadi sia-sia dan tidak memiliki nilai tambah bagi para petenun songket, sebagai ujung tombak produksi songket Silungkang."Menurut pengamatan saya, hal itu juga dipicu oleh ketidakjelian para pedagang songket yang biasanya juga bertindak sebagai pemodal, untuk melakukan terobosan-terobosan seperti yang dilakukan kerajinan jenis tekstil lainnya di Indonesia, seperti batik, ulos, songket Sambas dan lain sebagainya," lanjutnya.

Untuk beberapa jenis songket yang ada, sebagian diantaranya sudah melakukan inovasi-inovasi baru sebagai salah satu strategi dalam meraih persentase pasar, semuanya masih mampu mempertahankan keaslian motif yang dihasilkan walaupun sudah disesuaikan dengan perkembangan zaman.Khusus songket Silungkang, motif yang muncul merupakan bentuk-bentuk yang sudah ada sejak awal dikenal, seperti motif Pucuak Rabuang, Saik Galamai, Bijo Mantimun, Kaluak Paku, Sirangkak Bakuruang, Buruang Dalam Rimbo dan lain sebagainya.

"Secara tradisi, motif tersebut harus dipertahankan karena memiliki kekhasan yang tidak dimiliki daerah lain, namun sebagai mahakarya seni pertekstilan yang membutuhkan penetrasi pasar, tentu perlu dipikirkan bagaimana motif tersebut tidak selalu ditampilkan beriringan dalam selembar kain," kata dia.Terkait upaya pemerintah kota itu untuk memperkenalkan songket secara luas di dunia internasional, sebagai individu yang pernah tinggal di kawasan Eropa dia mengingatkan tentang pentingnya mempelajari cara hidup serta kebiasaan masyarakat di kota-kota di benua itu yang menjadi pusat mode dunia.

"Warga di Eropa dikenal sebagai kelompok masyarakat yang lebih menyukai keluwesan dan memiliki cara hidup yang simpel, fakta ini harus menjadi catatan apabila songket silungkang ingin menembus pasar masyarakat ekonomi Eropa," lanjut Bernhard Bert. (*/aci)sumber:antara

Editor : Eriandi, S.Sos
Tag:
Bagikan

Berita Terkait
Ganefri
Terkini