PADANG – Seorang profesor identik dengan kaca mata tebal dan berpenampilan jaman dulu (Jadul). Namun stigma itu kini berhasil ditepis Angelina Jolie-nya Univeristas Bung Hatta, Padang yang baru saja meraih gelar guru besar pertama di Sumatera bidang Pendidikan Bahasa Jepang.
Perempuan tangguh dengan segudang prestasi dan kesibukan itu kini resmi bernama lengkap Prof. DR. Dra. Diana Kartika. Mau tau seperti apa perjalan hidupnya? Berikut kisahnya!
Disebut Angelina Jolie karena hal itu merupakan salah satu panggilan akrab mahasiswa di Kampus Proklamator kepadanya karena memiliki paras nan rupawan, tangguh dalam mengabdi, bergaya nyentrik bak emak-emak jaman now dan mudah bergaul.
Selain dipanggil Angelina Jolie, Prof. Diana Kartika yang saat ini aktif sebagai Wakil Rektor 3 Bidang Kemahasiswaan, Kerjasama dan Alumni itu juga akrab disapa dengan panggilan Mami, Bunda dan Amak.
Singgalang berkesempatan berbincang dengan Mami disela-sela kesibukannya Selasa (25/2). Mengawali perbincangan, ibu dua anak yang kini berusia 53 tahun itu mengaku saat masih kecil tak pernah terfikir akan mengabdikan diri sebagai dosen terlebih meraih gelar profesor.
“Mengabdi, adalah langkah awal saya untuk mencerdaskan genarasi muda. Saya juga ingin mahasiswa merasakan bisa singgah keberbagai negara dengan ilmu pengetahuan dan kerjakeras dan kesempatan,” katanya.
Volunteer, begitu pula mahasiswa sering menilai Mami dalam kesehariannya. Hal itu bukan tanpa alasan karena ditengah berbagai kesibukanya, Mami ternyata setiap akhir pekan selalu bolak balik Padang – Jakarta untuk berkumpul dengan keluarga.
“Keluarga semua di Jakarta, suami saya Ir. Weno Aulia Durin. anak saya M. Fadhlan Rifki B.Bus, MA saat ini bekerja sebagai commercia advisor di Embassy Of Denmark untuk Indonesia dan Raisa Hulia Putri B Des, M. Des bekerja sebagai Creative Manager Junior di PT. Dana Indonesia. Hal ini bukanlah sebuah beban karena apa yang saya lakukan saat ini adalah amanah,” katanya.
Mami bercerita bahwa ia adalah anak bungsu dari pasangan Drs. Mansyurdin Arma dan Hilma Durin. Masih segar dalam ingatannya bahwa saat masih kecil sang ayah pernah berpesan agar ilmu yang dimiliki harus bermanfaat bagi orang lain.
“Saya besar di Palembang, ayah pernah berpesan bahwa membeli kesenangan itu mudah, yang sulit itu adalah menyenangkan orang lain,” ucap Mami bernostalgia dengan masa lalunya itu.
Pesan sang ayah itupun terus melekat di hidup dan disetiap perjuangannya. Alhasil terhitung sejak 1 Desember 2019 Diana Kartika menjadi profesor atau guru besar dalam Bidang Pendidikan Bahasa Jepang yang diselesaikan hanya dalam kurun waktu 2,5 tahun dengan angka kredit 915,70.
“Time management yang baik adalah kuncinya. saya terus berupaya membagi waktu disamping kesibukan berbisnis sebagai owner salon Panggaya di Jakarta yang telah bekerjasama dengan artis-artis Indonesia. Tak hanya itu, sebagai dosen Sastra Jepang dan juga Wakil Rektor 3 yang sibuk dengan kegiatan kemahasiswaan dan kerjasama saya tetap aktif di bidang akademik,” katanya.
Berbicara soal pendidikan, Prof. Dr. Diana Kartika menempuh pendidikan SD, SMP, SMA di Palembang yang kemudian dilanjutkan Studi S1 ke Universitas Indonesia.
“Awal karir saya yaitu tahun 1992 menjadi Dosen PNS-DPK di Program Studi Sastra Jepang Universitas Bung Hatta. Saya masih ingat, saat saya datang ke kampus proklamator ini untuk mengabdi tak satupun ada yang mengenal. Saat itu saya masih ingat diterima dengan senang hati karena kampus ini sangat membutuhkan dosen sastra Jepang,” ungkapnya.
Seiring berjalannya waktu, pada tahun 1997 diambillah keputusan untuk melanjutkan kuliah S2 dan S3pada jurusan Pendidikan Bahasa di Universitas Negeri Jakarta. Diana kala itu dapat mengikuti program transfer akademik yaitu tanpa tesis dan wisuda S2 dan langsung lanjut ke S3 dan berhak menyandang gelar Doktor Tahun 2009.
“Pada tahun 2013 – 2016, mendapat kepercayaan menduduki jabatan struktural sebagai Ketua Program Studi Sastra Jepang di Fakultas Ilmu Budaya. Tak sampai di situ saja, tahun 2016 hingga saat ini dipercaya sebagai Wakil Rektor Bidang III yaitu bidang Kemahasiswaan, Kerjasama, dan Alumni,” jelasnya.
Perjalanan terus berlanjut, pada 2017 Diana Kartika dipercaya Kepala Kopertis Wilayah X yang sekarang menjadi LLDikti Wilayah X menjadi Chief Editor Jurnal Kata (Jurnal Penelitian Ilmu Bahasa, Sastra dan Seni) disaat yang bersamaan, Mami juga aktif menjadi anggota Masyarakat Linguistik Indonesia dari tahun 2003-Sekarang. Ketua Asosiasi Studi Jepang Indonesia dari 2011 – Sekarang. Ketua Forkomawa LLDikti Wilayah X tahun 2019 – 2022,” jelasnya.
Diana Kartika menerima SK Fungsional Lektor Kepala pada Tahun 2014 dan SK Kepangkatan Pembina (IVa) tahun 2016. Awal Tahun 2017 Dr. Diana Kartika mulai memikirkan bagaimana caranya mendapatkan gelar seorang profesor yang merupakan jabatan akademik tertinggi dari seorang Dosen.
“Dari tahun 2017 mempersiapkan diri untuk mengikuti Konferensi Nasional dan International. Saya mulai rajin menulis artikel ilmiah dan dimanapun ada konferensi selalu mengikutinya,” ungkapnya.
Di samping menjabat menjadi seorang Wakil Rektor III di Universitas Bung Hata, sangat sibuk dengan kegiatan kampus yang menuntut harus mampu me-management waktu dengan baik. Sehinga tugasnya menjadi seorang dosen dan pimpinan, istri dan ibu harus terlaksana dengan baik.
“Bermodalkan semangat, pada tahun 2017 saya sampai 4 kali mengikuti konferensi nasional maupun international dalam 1 Semester. Konferensi Internional yang terjauh yang pernah diikuti yaitu 4Th International Conference on Multidisciplinary Research In Development of Social Science Research (MRDS) di Osaka Jepang,” jelasanya.
Tercatat ada 12 kali Konferensi Nasional maupun International, 3 artikel terindeks Scopus, 3 artikel International, 2 Artikel Nasional terakreditas dan 2 Artikel Nasional, 5 Prosiding International, 3 Prosiding Nasional, 5 Buku ajar dan 1 Buku referensi.
“Berbuah manis, perjuangan itu dihadiahi pada tahun 2018 untuk mendapatkan penghargaan Hak Kekayaan Intelektual Terbanyak dalam Rangka Dies Natalis Ke – 37 Tahun Universitas Bung Hatta yaitu ada 7 HKI. Waktu berlalu dari tahun 2017 – pertengahan 2019, tepatnya 2,5 tahun beliau mempersiapkan Tri Dharma Perguruan Tinggi (Pengajaran, Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat),” katanya.
Pada bulan Juli dan Agustus mulai menyusun Perhitungan angka kredit (PAK) untuk pengusulan Guru Besarnya. Tanggal18 September 2019beliau diusulkan oleh LLDIKTI Wilayah X dari Lektor Kepala kum 437,50 ke jabatan guru besar dan 26 November 2019 pengusulan ditolak oleh Kemenristekdikti dengan alasan adanya permintaan klarifikasi untuk pengajuan Guru Besarnya.
“Saat ditolak mulailah datang rasa pesimis dan perasaan sudah berfikir tidak mungkin jabatan Guru Besar tersebut dapat diraih. Namun berkat motivasi dari sahabat-sahabatnya bahwa masih ada waktu untuk melakukan klarifikasi dengan anggota senat Universitas maka pada 11 Desember 2019 LLDikti kembali mengusulkan dengan klarifikasi yang diminta ke Kemenristekdikti untuk dilanjutnya prosesnya,” jelasnya.
Gelar Profesor Diana Kartika tertuang dalam Nomor SK: 1727/A3/KP/2020 tentang kenaikan jabatan akademik/fungsional dosen Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. (*)
Ditulis Oleh: Rahmat Zikri