Arab Saudi Saja Berutang, Dimana Posisi Kita?

×

Arab Saudi Saja Berutang, Dimana Posisi Kita?

Bagikan berita
Foto Arab Saudi Saja Berutang, Dimana Posisi Kita?
Foto Arab Saudi Saja Berutang, Dimana Posisi Kita?

[caption id="attachment_30892" align="alignnone" width="650"] Rhenald Kasali (ist)[/caption]Oleh Prof Rhenald Kasali

Di tengah hiruk-pikuk kampanye Pilpres ini kita sering mendengar sekelompok orang menyuarakan ekonomi Indonesia semakin sulit, bahkan katanya berada di ujung kebangkrutan.Ada yang mengatakan negeri ini sudah terlalu banyak utang, bahkan banyak BUMN mau dijual, lalu katanya kita berada di bawah serbuan tenaga kerja asing. Padahal Arab Saudi yabg kaya minyak saja juga punya utang. Demikian juga Singapura yang kelihatan megah itu.

Dagelan-dagelan ekonomi seperti itu memang bukan hal yang baru. Dulu Adolf Hitler juga menggunakan cara serupa saat merancang kekuasaan dengan menakut-nakuti kaumnya, etnis Aria, akan serangan ekonomi dari kelompok Yahudi.Lalu, Donald Trump, menggunakan cara yang sama untuk penduduk kulit putih Amerika yang terdesak serangan imigran dan barang-barang impor akibat globalisasi. Bahkan kini cara serupa sedang dicoba di Italia dan Prancis.

Lalu, apa akibatnya begitu mereka berkuasa? Saya kira Anda sudah tahu. Dan biarlah masing-masing orang menentukan pilihannya. Namun benarkah ekonomi Indonesia berada dalam ancaman utang dan kebangkrutan?Kalau Sepak Bola, ya Memang Jeblok

Bicara utang tentu bicara peringkat. Kalau sepakbola dipakai sebagai acuan, pantaslah kita berkecil hati. Pasalnya, Februari 2019 lalu Federation of International Football Association (FIFA) menempatkan timnas sepakbola Indonesia di peringkat 159 dunia.Peringkat itu memang rendah. Kita berada di bawah negara-negara Asean seperti Vietnam (peringkat 99), Thailand (115), Filipina (123), bahkan Myanmar (138). Meski masih di atas Singapura 165 dan Malaysia 167.

Isu korupsi juga masih masuk akal dan berhubungan dengan sepakbola. Kalau yang urus PSSI tak membenahi korupsi dan permainan atur mengatur skor, prestasi atlit akan sulit dinaikkan.Maklum, Indeks Persepsi Korupsi yang diumumkan Transparency International Indonesia (TII), Januari lalu masih menempatkan Indonesia di ranking 89. Jauh di bawah Singapura di peringkat 3, Brunei Darussalam (31), dan Malaysia (61). Tapi, kita masih di atas Filipina dan Thailand (sama-sama di posisi 99), atau Vietnam (117). Tapi, baiklah kita kembali ke ekonomi.

Bukan Pengutang yang DiperhitungkanDua minggu lalu, ekonom Dan Kopf mengumumkan kajiannya tentang gejolak ekonomi. Maklum, perang dagang antara Amerika dengan Tiongkok saat ini memorakporandakan ketenangan berusaha dan menimbulkan banyak masalah baru, khususnya kemampuan dunia usaha dalam menjamin kestabilan, menuai keuntungan. IMF bahkan mengatakan, tahun 2019 selain pertumbuhan ekonomi dunia melambat, risiko berusaha juga meningkat.

Namun, berkebalikan dengan ucapan para politisi yang tengah bertarung, Kopf menemukan dalam soal keseimbangan ekonomi, Indonesia lah juaranya. Ia menelisik pertumbuhan pendapatan riil perkapita menurut data Bank Dunia antara 2002 sampai 2017. Indonesia bahkan jauh lebih unggul dari Tiongkok dan India yang tumbuh sekitar 2% di atas kita. Artinya, semakin banyak fakta yang menunjukkan kepemimpinan ekonomi kita tak seburuk yang kita sangkakan.Sejalan dengan Kopf, ternyata kita juga belum ada apa-apanya dalam soal berutang. Mungkin karena itulah sebulan terakhir isu mengenai utang belakangan surut.

Baiklah kita pakai saja debt to GDP ratio sebagai Indikator yang mengukur ratio utang terhadap kue ekonomi atau gross domestic product (GDP) nya.Mari kita cek. Apakah Indonesia ada di daftar 10 besar negara dengan rasio utang terbesar dunia? Jawabannya ternyata tidak ada.

Apakah di ranking 20 besar? Ternyata juga tidak. Ranking 50 besar? Tidak. Ranking 75 besar? Tidak. Ranking 100 besar? Tidak.Indonesia ada di ranking bawah yang artinya dibandingkan pendapatannya, utang kita kecil. Artinya, kalau mau memanfaatkan pendapatan hari esok, maka potensi kita untuk membangun masih besar.

Editor : Eriandi, S.Sos
Tag:
Bagikan

Berita Terkait
Ganefri
Terkini