Begini Cerita Emi Zulmakri, IRT yang Diterjang Banjir di Hari Ulang Tahun

×

Begini Cerita Emi Zulmakri, IRT yang Diterjang Banjir di Hari Ulang Tahun

Bagikan berita
Foto Begini Cerita Emi Zulmakri, IRT yang Diterjang Banjir di Hari Ulang Tahun
Foto Begini Cerita Emi Zulmakri, IRT yang Diterjang Banjir di Hari Ulang Tahun
RUMBAI - Selasa (3/11/2020) dini hari, air tiba-tiba saja berarus deras di halaman rumah warga di Kelurahan Limbungan, Kecamatan Rumbai Timur, Provinsi Riau. Emi Zulmakri seorang Ibu Rumah Tangga (IRT) dikelurahan itu menjadi salah satu saksi sekaligus korban ganasnya musibah banjir tersebut. Ia melihat sendiri air berwarna coklat masuk lewat jendela yang tingginya 1 meter dari teras rumahnya. Saat hendak menyelamatkan diri ia sadar pintu depan rumah tak tak lagi bisa dibuka karena sudah diterjang air. Kalau dibuka air akan lebih banyak masuk ke dalam rumah. Tak ilang akal, ia pergi menjari pintu darurat  yang terbuat dari seng di belakang rumah. Sekuat tenaga ditengah genangan air setinggi perut ia berjalan dan mendobrak pintu itu. Hingga akhirnya berhasil keluar bersama ketiga anggota keluarga lainnya. Kepada Singgalang, Emi mengaku pasrah saat membersihkan rumah dan seluruh isinya yang kotor akibat lumpur banjir tersebut. "Hujan deras terjadi sejak selepas waktu Isya, kami sekeluarga sudah was-was. Untuk mengantisipasi air masuk pintu rumah kami tutup pintu dengan papan," kata Emi. Namun, saat memasuki tengah malam hujan tak kunjung berhenti hingga mengakibatkan air dari saluran parit meluap dan menghantap rumah.

"Tengah malam itu air sudah masuk lewat jendela rumah. Beruntung kami belum tidur dan akhirnya bisa menyelamatkan sejumlah barang-barang berharga dari air. Surat-surat berharga kami simpan diatas lemari," jelas ibu yang mengaku berulang tahun ke 55 pada 3 November 2020 ini.

Dikatakan Emi, saat subuh air dirumahnya sudah mencapai 1,5 meter dan diluar rumah terlihat air berarus cukup deras. "Kami melihat air cukup deras mengalir dihalaman rumah, kami putuskan keluar tidak dari pintu depan. Saya memutuskan mendobrsk jendela yang terbuat dari seng di belakang rumah, alhamdulillah kami berhasil keluar rumah saat air sudah setinggi dada," jelanya. Lebihlanjut dikatakan Emi, banjir pernah juga terjadi pada 2009 namun jika dibandingkan tahun 2020 ini yang paling parah mengingat ketinghian air. "Saya disini sejak sejak tahun 1996, sepanjang banjir yang hampir terjadi setiap hujan, ini adalah kondisi terparah yang kami alami. Semoga kedepan ada solusi bagi kami agar saat banjir kami tidak terdampak lagi," harapnya.(rahmat) Editor : Eriandi, S.Sos
Tag:
Bagikan

Berita Terkait
Ganefri
Terkini