Belajar Tatap Muka, Patuhi Protokol Kesehatan Jawab Keraguan Orangtua

×

Belajar Tatap Muka, Patuhi Protokol Kesehatan Jawab Keraguan Orangtua

Bagikan berita
Foto Belajar Tatap Muka, Patuhi Protokol Kesehatan Jawab Keraguan Orangtua
Foto Belajar Tatap Muka, Patuhi Protokol Kesehatan Jawab Keraguan Orangtua

Oleh YunismaPADANG - Senin, 4 Januari 2021, sejumlah sekolah di Padang mulai menetapkan proses belajar mengajar secara tatap muka. Sebagian orangtua merasa senang karena anak-anak mereka bisa sekolah, meski tak seperti ketika kondisi normal.

Senang, yang mereka rasakan karena banyak dari anak tak mau belajar di rumah. Anak-anak bawaannya bermain gadget dan tak mau membuka buku di rumah. Alhasil, buku pelajar jarang mereka buka.Kondisi itu membuat orangtua khususnya ibu menggerutu. Mereka menunggu moment sekolah tatap muka yang akhirnya dibuka pemerintah Kota Padang.  "Senang mereka belajar tatap muka. Kalau di rumah mereka bawaannya main handphone dan tak mau belajar. Kalau di sekolah mereka pasti nurut sama guru. Beda kalau di rumah, tak nurut sama orangtua," kata Ina, salah seorang wali murid di Padang, kepada Singgalang, awal pekan lalu.

Saat ditanya apa tak takut anaknya terjangkit Covid-19, Ia mengaku sedikit risau. Namun kerisauannya pudar karena dia menerapkan protokol kesehatan pada anak, dengan mempersiapkan masker, hand sanitizer untuk cuci tangan, faceshield, makan dan minum dari rumah dan menambah asupan suplemen. "Khawatir pasti ada. Tapi tak mungkin kita kuatir selamanya. Sebab aktivitas harus tetap berjalan. Saya juga sudah wanti-wanti pada anak untuk menerapkan protokol kesehatan di mana saja mereka berada," terangnya.

Menurutnya, selama pandemi, Ina dan keluarganya sudah menerapkan protokol kesehatan. Di sekolah anaknya, protokol kesehatan sudah jalan. Misal penyediaan wastafel untuk cuci tangan, jaga jarak dengan membuka dua shift dengan jadwal yang tak lama. Dari pukul 08.00 hingga 12.00 WIB.Setiap ke sekolah, Ina selalu mengantar jemput anaknya ke sekolah dan tidak dibolehkan naik angkutan umum. Ini dilakukan untuk meminimalisir pertemuan anak dengan orang lain yang tak bisa ditebak, apakah terjangkit covid atau tidak. "Suka cita" orangtua yang menyambut sekolah tata muka juga disampaikan Devi. Di tengah kerisauannya akan wabah menular, pemerintah membuka sekolah tatap muka. "Antara senang dan kuatir sih. Senangnya anak bisa belajar di sekolah. Tapi di satu sisi saya juga kuatir anak kena Covid-19," terang Devi.

Untuk mengatasi kekhawatirannya, dia pun menerapkan protokol kesehatan ketat pada anak. Dengan selalu mengingatkan anak-anaknya cuci tangan setelah menyentuh barang-barang yang dianggap kotor, menyiapkan menu sehat, masker dan lainnya.Meski banyak orangtua menginginkan proses PBM tatap muka, banyak juga yang tak setuju. Mereka memilih anaknya tetap belajar secara daring di rumah.  "Saya belum membolehkan anak belajar di sekolah. Sampai hari ini mereka tetap belajar daring," terang Sari, orangtua murid lainnya.

Menurutnya, belum semua sekolah mampu menerapkan protokol kesehatan. Kondisi itu membuat dia risau. "Kemarin saya dapat informasi, ada sekolah yang masih ada dengan prokes. Guru masih membolehkan anak bersalaman dengan mereka. Itu kan berisiko," terang dia.Guru-guru saat berkomunikasi dengan anak-anak juga sering melepas maskernya. Misal ketika memanggil anak membuka masker. Kondisi itu sebut Sari, tentu berbahaya. Kemudian, banyak juga anak-anak yang melepas masker saat belajar dan guru tidak mengawasinya secara ketat.

Prokes di sekolahSekretaris Satpol PP Padang, Yefri, di Padang mengatakan dalam pengawasan pelaksanaan pembelajaran tatap muka di Kota Padang, Satpol PP sudah melakukan pengawasan secara intensif. Pengawasan secara sungguh-sungguh. Kegiatan itu berjalan sejak 4 Januari 2021.

"Kita konsisten mengawasi pelaksanaan sekolah tatap muka. Apalagi, sudah hampir satu tahun belajar dengan daring,"sebut Yefri.Dalam pengawasan ini, katanya Satpol PP lebih banyak memberikan pengarahan pada siswa dan guru di sekolah. Mengarahkan dan mensosialisasikan.

Dalam melakukan itu, pihaknya melibatkan sebanyak satu kompi personel setiap hari. Jumlah itu terdiri dari 60 orang. Masing masing tim 10 orang atau 6 kelompok.Tim inilah nantinya yang melakukan pengecekan ke sekolah-sekolah apakah sudah memenuhi prokes. Seperti tempat cuci tangan, anak jaga jarak, pakai masker. "Saran kami pada anak-anak setelah pulang dari sekolah jangan bergerombolan. Satu saja nanti terpapar, selama 2 minggu sekolah itu akan ditutup kembali,"pesannya.

Anggota DRPD Kota Padang Zulhardi Z Latif menyoroti keberadaan orang tua murid yang mengantarkan anaknya ke sekolah. Mereka banyak yang tidak langsung pulang, namun malah berkerumun di sekolah sembari menunggu anaknya.Kondisi itu jelas akan berpotensi juga menjadi penyebaran virus corona. Karena mereka juga berasal dari tempat yang berbeda. "Ini yang harus menjadi perhatian juga. Ketika kita memberlakukan prokes yang ketat pada anak-anak di kelas, sementara orang tuanya berkerumun. Bagaimana ini hendaknya menjadi perhatian juga," sebutnya.

Editor : Eriandi
Tag:
Bagikan

Berita Terkait
Ganefri
Terkini