Berderai Air Mata tak Bisa Cium Anak

×

Berderai Air Mata tak Bisa Cium Anak

Bagikan berita
Foto Berderai Air Mata tak Bisa Cium Anak
Foto Berderai Air Mata tak Bisa Cium Anak

Oleh DamanhuriPARIAMAN - Bau penciuman hilang, rasa yang dimakan pun tak ada. Perasaan oleng. Itu kondisi yang dialami Darmon saat dia dinyatakan positif Covid-19. Darmon sendiri tak membayangkan dirinya bisa terpapar. Sejak virus ini melanda negeri ini, Darmon termasuk orang yang patuh terhadap protokol kesehatan.

Sedang di rumah, keluar rumah maupun dalam aktivitas apapun, tak pernah mantan anggota DPRD Sumbar itu yang tidak pakai masker. Cuci tangan pakai sabun, menjaga kesehatan dan ruang gerak serta menjaga jarak dengan banyak orang termasuk hal-hal yang paling jadi perhatiannya. "Ini tentunya kekuasaan Yang Maha Kuasa. Yang penting itu, orang yang tidak terkena Covid, sekali-kali jangan meremehkan penyakit ini, atau menganggap enteng," harap dia.Darmon mulai merasakan kurang enak badannya pada Kamis bulan lalu, langsung periksa ke RSUD Padang Pariaman di Parit Malintang. Berselang tiga hari setelah itu, atau Minggu-nya hasil tes swab keluar dengan hasil positif. Dia periksa dengan istrinya, langsung diisolasi di ruangan RSUD. "Pelayanan RSUD kita cukup bagus dan memuaskan. Terima kasih banyak Pemkab Padang Pariaman telah bekerja serius dalam menangani virus Covid ini," ujar politisi PAN Sumatera Barat ini.

Pemilik Pondok Bakso Haji Darmon ini, telah berkali-kali ikut tes swab sebelumnya. Ada dua kali tes dengan hasil negatif dan sehat. Tapi, Minggu di penghujung Oktober itu, dia pun telah membayangkan kalau gejala yang tengah menjangkiti badannya ini adalah Covid. Dari empat hari diisolasi di RSUD Padang Pariaman, Darmon dan istrinya pindah berobat dan perawatan ke Semen Padang Hospital."Yang paling mencemaskan istri saya, adalah penandatanganan surat pernyataan penanganan pasien Covid-19 di RSUD, yang salah satu isinya berbunyi, pihak keluarga tidak akan menggugat bila terjadi musibah kematian yang ditangani secara protokol kesehatan. Atas persetujuan berdua, saya teken, dan langsung diisolasi di sebuah ruangan di rumah sakit yang terletak di Parit Malintang itu," cerita Darmon.

Kecemasan belum berhenti lantaran dari lokasi pemeriksaan ke ruangan isolasi diangkut dengan ambulans, plus lengkap dengan pakaian laksana astronot. Padahal, kata Darmon, jarak ruangan itu tak jauh. Dekat cuma. Tapi, protokol kesehatan luar biasa kuat dan ketat. Hanya dua jam untuk menyesuaikan diri dengan ruangan isolasi, akhirnya kehidupan baru pun bisa dijalani dengan baik. Sentuhan tenaga medis yang ramah, dan bersahabat meskipun wajahnya tak kelihatan karena menggunakan APD. "Sambil ditemani seorang tenaga medis yang setia mendampingi, saya dan istri tidur dalam satu dipan ukuran kecil. Sabar, dan terus menjalani isolasi, sambil juga berdoa dan memperbanyak ibadah zikir," ungkapnya.Selesai di sana, Minggu-nya, masih di penghujung Oktober, Darmon dan istri bersiap-siap untuk pergi ke Semen Padang Hospital. Peluk sayang kepada anak-anak yang seharusnya bisa dilakukan, tapi ditolak dan dicegah anak yang berusaha menghampirinya, untuk minta dipeluk. "Jangan, nak. Ayah dan ibu sedang sakit. Sabar dan tabah. Doakan ayah agar cepat sembuh, dan bisa pulang kembali ke rumah," cerita Darmon berkisah setelah sukses menjalani perawatan.

Air matanya mengalir deras, melihat iba hati anak-anak yang ditinggalnya saat menjijing tas yang berisi persediaan baju selama menjalani perawatan. Terbayang oleh Darmon tayangan tv yang amat menyedihkan keluarga korban Covid, saat diantar petugas. Darmon yang juga seorang ustadz, tentu cepat-cepat mengalihkan pandangannya, miski terasa berat dan amat susah dikendalikan."Urusan maut adalah janji Allah SWT. Tak ajal berpantang mati. Semuanya ada hikmah dan ketentuan dari Yang Maha Kuasa. Kita wajib berusaha dan berikhtiar, menjalani proses yang ada," katanya.

Selama dalam perjalanan dari RSUD Padang Pariaman ke Semen Padang Hospital, pikirannya menerawang dan sempat menggetarkan hati. Sang istri yang ditemaninya di ruangan belakang terbaring di atas dipan. Petugas dan sopir ambulans di depan. Kampung halaman Lubuk Alung yang dilewati tak lagi bisa dilihat lantaran mobil ambulans pakai dinding tak tembus pandang."Berdoa, dan minta sang sopir untuk tidak melarikan ambulans dengan kencang. Tapi permintaan itu tak dindahkan sopir. Dasar ambulans membawa pasienlah namanya. Masih ada juga gas, ditekan terus kayaknya," sebut Darmon.

Darmon menatap dalam-dalam istrinya yang terbaring di atas dipan yang dibantu infus. Tentu ini bagian dari perjuangan kerasnya melawan yang namanya Covid. Sembilan hari lamanya Darmon dan istrinya menjalani perawatan melawan Covid, akhirnya bisa pulang kampung dengan selamat. Sehat setelah dinyatakan negatif dari virus. (*)

Editor : Eriandi
Tag:
Bagikan

Berita Terkait
Ganefri
Terkini