Arab Saudi Saja Berutang, Dimana Posisi Kita?

×

Arab Saudi Saja Berutang, Dimana Posisi Kita?

Bagikan berita
Foto Arab Saudi Saja Berutang, Dimana Posisi Kita?
Foto Arab Saudi Saja Berutang, Dimana Posisi Kita?

Biar Anda tidak penasaran, saya sebutkan saja. Per Desember 2018 lalu, debt to GDP ratio Indonesia hanya 29,78%. Jika dibandingkan negara lain, Indonesia ada di ranking 133 dunia. Artinya, utang bukan andalan Indonesia. Dan menurut saya, sungguh tak bermoral kita menakut-nakuti bangsa agar kurang percaya diri terkait utang ini.Tahukah Anda, semakin maju ekonomi dan semakin kagum kita dengan kemajuan bangsa-bangsa, ternyata utangnya juga semakin besar, namun tidak Indonesia.

Mari kita lihat. Jepang ternyata jagoan berutang. Ia menempati posisi nomor satu dunia dengan debt to GDP ratio-nya 253%, lalu Yunani (2) dengan 178%, dan Lebanon (3) 149%.Dari Asean, Singapura yang dianggap bersih dari korupsi, dan fasilitas publiknya maju

ternyata berada di urutan ke 8 dalam berutang dengan rasio 110%, Vietnam 56 (61,5%), Malaysia 73 (50,9%), Filipina 95 (42%), Thailand 98 (41,8%), Kamboja 117 (35,1%), dan Myanmar 121 (33,6%).Jadi, ada 7 negara Asean yang rasio utangnya jauh lebih besar dari Indonesia.

Jadi kalau ada yang membesar-besarkan bahwa setiap bayi yang lahir punya utang Rp13 juta di sini, jangan kaget, setiap bayi yang lahir di Singapura harus menanggung Rp 700 juta.Angka debt to GDP ratio ini tentu bergerak dinamis, tergantung nilai utang yang ditarik pemerintah. Angka debt to GDP ratio Indonesia saat ini kemungkinan di kisaran 30% atau sedikit di bawah itu. Jadi, ranking utang Indonesia juga tidak akan banyak berubah dari posisi 130an.

Bahkan, negara Islam seperti Saudi Arabia pun ternyata juga berutang. Debt to GDP ratio-nya pada Desember 2018 lalu sebesar 17,2% dan berada di posisi 164 dunia. Menurut catatan utang kerajaan ini, Saudi Arabia rata-rata berutang 36,38% antara tahun 1999 hingga 2017, dan pernah mencapai 103,5% pada 1999. Jadi mohon maaf, jangan kaitkan dengan ini dan itu.Tentu, ada beberapa indikator selain debt to GDP ratio yang digunakan untuk melihat utang suatu negara. Misalnya, tingkat imbal hasil/yield dan porsi kepemilikan oleh investor domestik dan asing. Ini bisa saya uraikan di lain waktu.

Yang terpenting adalah, kita harus paham dulu bahwa utang Indonesia saat ini tidaklah mengerikan seperti yang dikatakan beberapa politisi itu. Apalagi kini APBN Indonesia sudah dikelola dengan prudent. Bahkan, sebagian utang kita berbentuk surat berharga syariah yang di-endorse oleh Dewan Syariah Nasional.Jadi, mari kita buka pikiran dan hati kita, bahwa negeri ini tidak buruk-buruk amat ekonominya. Kecuali kita sendiri yang ingin melihatnya buruk tentunya. Dan katanya, hanya orang optimis yang bisa. (*)

Editor : Eriandi
Tag:
Bagikan

Berita Terkait
Ganefri
Terkini