[caption id="attachment_102006" align="alignright" width="500"] Alat sekat dipasangan ke Lebi sebagai driver GoRide[/caption]Lapisan keamanan tambahan ini bisa melindungi mitra dari berbagai upaya pengambilalihan akun secara ilegal oleh pihak tak bertanggung jawab. Fitur verifikasi wajah wajib digunakan oleh mitra driver yang ingin masuk (login) ke aplikasi untuk menjalankan order. Inovasi ini melengkapi inovasi lainnya yaitu penyamaran nomor telepon (number masking), tombol darurat (emergency button) dan bagikan perjalanan (share trip).
Inovasi keamanan juga dilakukan di platform GoBiz untuk mitra merchant, yang mana platform ini telah dilengkapi dengan fitur verifikasi PIN, OTP (kode rahasia One Time Password), dan fitur ‘Kelola Pengguna GoBiz’ untuk melindungi data pribadi usaha mitra merchant . Selain itu, calon mitra juga bisa menjadi mitra usaha Gojek dengan aman dan mudah tanpa perantara melalui inovasi terbaru yaitu Fitur Daftar Mandiri GoBiz. Calon mitra merchant bisa langsung registrasi, verifikasi dan aktivasi akunnya dalam satu genggaman.Lebih jauh lagi, Gojek meningkatkan kapabilitas sumber daya manusianya di bidang keamanan digital dengan menambah jajaran pemimpin senior dengan keahlian mendalam di bidang keamanan siber serta pengalaman global di industri teknologi. Mereka termasuk Chief Information Security Officer George Do yang berpengalaman di NASA dan Equinix perusahaan investasi real estate yang terdaftar di Nasdaq; serta Chief Information Officer Petrus Phoa yang pernah memimpin tim keamanan di PayPal, Github dan Box.
GoPay Head of IT Governance, Risk and Compliance, Information Security Ganesha Saputra menambahkan, usaha Gojek tidak berhenti di teknologi saja. Platform karya anak bangsa ini terus melakukan edukasi komprehensif kepada mitra driver, mitra merchant dan masyarakat. Edukasi dilakukan melalui berbagai kanal komunikasi milik perusahaan dan kanal eksternal seperti sosial media dan webinar publik, dan berkolaborasi dengan berbagai pihak seperti Kominfo RI dan Siberkreasi. Edukasi ini penting mengingat literasi digital masyarakat Indonesia yang masih rendah dan berbanding terbalik dengan penggunaan aplikasi digital yang makin meningkat.
Peneliti Center for Digital Society (CfDS) Universitas Gadjah Mada Tony Seno Hartono, mendukung pernyataan tersebut. Menurutnya, kejahatan digital yang berbasis manipulasi psikologis/social engineering masih terjadi di masa pandemi. (yn) Editor : Eriandi