Waktu adalah gubahan Allah SWT. Jembatan masa yang tak tahu ujungnya itu, sedang kita lalui. Bukan arloji, tapi fenomena yang hadir bersama peredaran bulan dan matahari dalam sistem amat akurat yang ada bersama bumi, di sanalah arloji kita.Kita lewati waktu dengan satu paket genggaman yaitu ibadah dan amal saleh. Jika Anda lupa amal saleh itu disukai Allah, maka berhentilah menumpuk-numpuk kas masjid, gunakan segera. Berhentilah menahan-nahan dana zakat.
Waktu nol detik telah amat lama terjadi. Jejaknya amat panjang. Tikaman-tikaman sejarah dan ceceran kisahnya luar biasa. Waktu merotasi bumi 23, 59 menit. Berkumpul menjadi sebulan selama 29,53059 hari. Kita saksikan tepi siang, kita nikmati alam dipeluk senja, namun pada akhirnya saat waktu berlalu, kita mesti tahu, seimbangkan isi paket:iman dan amal saleh.Paket lain yang hadir bersama waktu adalah bahan makanan dan tubuh manusia. Diberi waktu sehari untuk menghitung tanaman yang bisa dijadikan makanan. Buatlah daftarnya. Bisa?
Makanan itu untuk fisik dan spritual. Dihidangkan pada tubuh melalui sistem pencernaan. Betapa manjanya manusia. Bekerja sepanjang usia, malah sakit gula pula. Kolesterol. Ini bukan soal kufur nikmat. Bukan soal biarlah makan dengan sambalado saja daripada jadi orang kaya tapi makan dengan garam saja. Bukan tapi tersebab tidak mendengar nasihat dokter dan lupa akan: //Wahai anak cucu Adam! Gunakanlah pakaianmu Yang yang bagus pada setiap (memasuki) masjid, makan dan minumlah, tetap jangan berlebigan. Sesungguhhnya Allah tidak menyykai orang yang berlebih-lebihan// al A'Raf/7:31Makan jangan berlebihan. Semua makanan sehat dan waktu kemudian membantaimu atau menjagamu. Tapi saya malah kena gula hahaha, kacau balau, ancau kabirau.Waktu dihidangkan Tuhan kepada kita untuk dimanfaatkan. Kalau ma ota-ota saja di lapau lalu dilabeli, "inilah demokrasi lapau, milik rakyat, paling hebat di dunia." Kita percaya pula. Itu malas. Kalau untul rehat sehabis magrib atau isya itu betul. Tapi, minum pagi ke lapau juga, itu salah.Makanya pada suatu waktu di suatu daerah di Sumbar datanglah dunsanak kita dari Jawa. Kini mereka sudah 2000 jiwa di sana. Bekerja amatlah rajin. Kekuasaan negara juga digenggam mereka. Kita? Akan ke akan saja, sibuk politik identitas. Mempermasalahkan semua hal, termasuk jalan tol. Maka: demi masa.
Masa ke masa juga lagi, awak mau vaksin, biar wisata maju ya ndak. (**)(ini tulisan di kolom Wasit Garis Singgalang edisi Minggu)
Editor : Eriandi