Anak Penjahit Pakaian Itu Raih Gelar PhD dan Jadi Pejabat Perusahaan Listrik di Prancis

×

Anak Penjahit Pakaian Itu Raih Gelar PhD dan Jadi Pejabat Perusahaan Listrik di Prancis

Bagikan berita
Foto Anak Penjahit Pakaian Itu Raih Gelar PhD dan Jadi Pejabat Perusahaan Listrik di Prancis
Foto Anak Penjahit Pakaian Itu Raih Gelar PhD dan Jadi Pejabat Perusahaan Listrik di Prancis

Ada lima buku yang telah ditulis dan telah dipublikasikannya, serta juga beberapa paten yang telah dikantongi Siska selama menjalani studi PhD di Prancis. Di antaranya, Composition Aqueuse Ignifuge dari FR Paten Nasional Prancis, Fabric Comprising a transpoarent, fire-resistant coating dari European Worldwide Panten, dan Polystyréne Expancé Ignifiguré par Hydroxide d'Aluminium dari FR Paten Nasional Prancis.“Program PhD itu juga merupakan beasiswa yang ditawarkan oleh orang Rusia di Université Montpellier II. Mereka menawarkannya, karena mereka tertarik dengan tesis saya, yaitu inovasi baru yang dapat dapat meluruskan rambut keriting orang Afrika,” bebernya.

Setelah menyelesaikan program PhD pada tahun 2011, Siska kemudian diangkat menjadi asisten dosen di laboratorium Université Montpellier II. Kemudian pada tahun 2014-2015, menjadi asisten dosen Ingénierie des Matériaux Polymères à l’INSA de Lyon, yang merupakan pusat polimer nomor satu di Prancis. Setelah di de Lyon, Siska kemudian bekerja di Research And Innovation Engineer dari Maret 2015- Juli 2018. Dan, sejak Oktober 2018 sampai sekarang, Siska bekerja di EDF dan ditempatkan sebagai spesialis polimer di EDVANCE yang merupakan anak perusahaan EDF..Kini, Siska tinggal Kota Versailles, dekat Paris, Prancis, dan telah menikah dengan ahli IT di perusahaan Saint Gobain untuk Aerospace, dan juga seorang muallaf berkebanggsaan Prancis bernama Jerome pada Desember tahun 2009 di kampung halamannya Nagari Guguk, Kabupaten Solok. Dari pernikahannya, Siska-Jerome dikaruniai dua orang anak yang masing-masing bernama Sileana Nilam (9 tahun), dan Emili Intan (2,5 tahun). Meski sudah belasan tahun di Prancis, Siska pun hingga kini masih tetap berstatus sebagai warga kebangsaan Indonesia (WNI).

“Sampai sekarang ini saya masih megang paspor hijau. Meski lama di Prancis dan anak saya juga sudah sekolah di Prancis, sampai sekarang tidak terpikir untuk menjadi warga negara Prancis, karena kalau menjadi warga negara Prancis, status sebagai WNI akan hilang. Tapi sebaliknya, di Prancis ini seorang WNI tidak akan berpengaruh kalau lama-lama menetap di Prancis. Saya di Prancis bayar pajak, dan saya juga punya kartu residence Prancis yang masa berlakunya 10 tahun. Kemudian, juga aneh rasanya kalau kita pulang kampung ke Indonesia, tapi minta Visa,” ujarnya.Kemudian ketika ditanya apakah pihak Indonesia pernah menawarkan untuk pulang ke Indonesia dan dijanjikan pekerjaan, Siska pun mengatakan bahwa sudah ada beberapa kali tawaran menjadi dosen, yaitu dari Universitas Bina Nusantara (BINUS) dan UGM. Di BINUS, tawaran tersebut langsung datang dari Rektornya. “Sedangkan di UGM, tawaran itu dari pembibing saya waktu kuliah di UGM. Namun karena saya punya penyakit autoimun sejak 2006, makanya tawaran itu saya tolak,” katanya.

Selain autoimun, sebut Siska, matanya juga sudah rabun. Bahkan kalau pulang kampung, dia pun kadang dibilang sombong, padahal dirinya tidak bisa melihat orang dengan jelas, kecuali jarak dekat, misalnya sekitar 10-15 meter. Kalau lebih dari itu, agak samar pandangannya. Biaya pengobatan di Indonesia juga mahal. Sedangkan di Prancis, biaya medical ditanggung pemerintah.“Kemudian kalau untuk kerja pun di Prancis juga tidak masalah. Di Prancis, toleransinya tinggi, karena yang mereka inginkan itu hanya hasil. Jadi, itulah sebabnya kenapa sampai sekarang ini saya memilih untuk menetap di Prancis ini, meskipun awalnya saya tidak ada niat sedikitpun untuk menetap di Prancis. Namun begitu, saya rutin pulang kampung sekali setahun, kecuali sejak pandemi Covid-19 ini,” ujarnya.

Di akhir percakapan via whatsapp, Siska pun menitip pesan kepada anak-anak Sumbar dan para penerima beasiswa dari PT Semen Padang khususnya, bahwa kesuksesan yang diraih saat ini, tidak terlepas dukungan banyak pihak dan doa dari orangtua.“Teruslah rajin, giat belajar dan kejar cita-cita mu. Jangan pernah menyerah dan tidak usah dihiraukan apapun ocehan dan celaaan orang lain terhadap diri mu, karena sesungguhnya saingan terberat itu adalah diri mu sendiri. Saya harap, pesan ini dapat memotivasi adik-adik saya yang mendapatkan beasiswa dari PT Semen Padang,” katanya.

Dihubungi terpisah Yulizar, ayah dari Siska, mengaku bersyukur dan bangga atas kesuksesan anak sulungnya itu.Ia dan istrinya sempat melarang Siska untuk melanjutkan kuliah ke Prancis, karena penghasilan Siska saat bekerja di perusahaan Amerika setelah lulus dari UGM sangat besar, sekitar 1000 US Dollar. Di tambah lagi Siska yang saat itu masih berstatus lajang, tentunya sebagai orangtua ia dan istrinya khawatir membiarkan anaknya seorang diri terpisah jauh di eropa. “Karena Siska tetap gigih pada pendiriannya, saya dan mamanya merestui keingingan Siska untuk kuliah di Prancis,” kata Yulizar.

Ia mengungkapkan, awalnya terasa berat melepas Siska kuliah ke Prancis, namun karena tekad anaknya itu untuk melanjutkan pendidikan sangat kuat, mau tidak mau ia sebagai orangtua tentu harus memberikan izin. “Apalagi ini untuk masa depannya Siska. Karena bagi saya sebagai orangtua, kami tidak ingin anak-anak hidup susah. Cukup kami sebagai orangtua yang merasakannya,” tutur Yulizar seraya mengungkapkan mamanya Siska sudah almarhum, beliau meninggal karena sakit pada tahun 2012 silam.Kesuksesan yang diraih Siska kini turut dirasakan oleh keluarganya di kampung. Bahkan, Siska pun juga telah memberangkatkan kedua orangtuanya naik Haji ke Mekkah pada tahun 2010 dan juga ikut membantu membiayai kuliah adik bungsunya bernama Andam Sari (27) di UGM. Ibaratnya, Siska ini pambangkik batang tarandam (membangkitkan marwah/kehormatan) di keluarga. Karena berkat kerja kerasnya, adiknya juga bisa kuliah ke UGM, dan alhamdulillah juga memberangkatkan saya pergi Haji. Bahkan, Siska juga meronvasi rumah di kampung,” pungkas Yulizar.(*)

Editor : Eriandi
Tag:
Bagikan

Berita Terkait
Ganefri
Terkini