Beberapa kajian mutakhir telah berkontribusi untuk membicarakan hal ini. Di antara yang mencolok adalah kritik yang disampaikan Buya Syafi’I Maarif tempo lalu (2021). Dengan mengutip paparan Ganefri pula, Buya mengkhawatirkan mandeknya “pabrik kearifan kata” dan “industri otak” yang menjadi kegelisahan kita bersama. Kebanggaan semu yang “disindirkan” pada aktualisasi kebudayaan kita belakangan ini hendaknya dapat menjadi motivasi kita untuk berbenah.Saya menawarkan, dengan penekanan pada Etika tadi, untuk bersama-sama memulai kembali pembicaraan terkait apa dan bagaimana cara kita menghidupkan makna yang tergurat dalam kebudayaan kita. Bagaimana kalau kita mulai dari diskursus; Lapuak-lapuak dikajangi? Terima kasih.
Penulis merupakan: (Rektor Universitas Muhammadiyah Sumbar) Editor : EriandiBeberapa Catatan Terkait “Marwah Orang Minangkabau”
Berita Terkait