Rendang Babi, Pesan untuk yang Asal Bicara

×

Rendang Babi, Pesan untuk yang Asal Bicara

Bagikan berita
Foto Rendang Babi, Pesan untuk yang Asal Bicara
Foto Rendang Babi, Pesan untuk yang Asal Bicara

Karena itu sesungguhnya rendang sangat rawan untuk dicaplok sebagai produk industri makanan dunia. Kabarnya saat ini sebuah negara Eropa telah memproduksi rendang besar-besaran dalam bentuk packaging modern yang akan merambah pasar dunia.Lalu hukum apa yang dapat melindungi produk etnik Minang ini ?  Hukum kadang belum bisa berlaku adil, mungkin tidak di dunia. Hanya kepada Tuhan semua dikembalikan, karena hanya Tuhan pula yang benar-benar adil seperti dinukilkan dalam surat At Tin, Alaishalahubiah kamil hakimin.

Pebisnis dimanapun, bisa bayar ahli masak rendang yang enak dengan gaji besar. Setelah ilmunya didapat, kemudian membuang orang yang mengajarnya, karena bisnis seringkali memang kejam dan tak bermoral.Orientasinya sederhana, hanya dapat untung  sebanyak banyaknya.

Rendang bukan sekadar produk industri makanan. Pada rendang itu melekat  tradisi dan etnik yang bernama Minangkabau.Menyebut rendang, tidaklah  sekadar menamai sebuah produk industri makan, tapi  menyasar hasil karya suku bangsa yang bernama Minangkabau, sedangkan Minangkabau itu adalah sebuah suku bangsa yang menganut falsafah Adat Bersendi Syarak, Syarak Bersendi Kitabullah (ABS-SBK). Maka produk masakannya pun takkan pernah mengandung sesuatu yang dilarang Kitabullah ( baca- Qur'an ), atau yang disebut dengan haram.

Silakan cari dan telusuri, apakah ada masakan Minang/ Padang selama ini yang tak halal ?Oleh karenanya, kalau ada yang seorang ahli agama mempertanyakan sejak kapan rendang punya agama, maka itu pertanyaan yang amat dungu, bahasa pasar di Minangkabau disebut dengan istilah " ongok raya ", atau kelewatan gak ngertinya. Dan, sebagai makhluk berakal,  saya sarankan Anda sebaiknya  banyak membaca dan belajar sebelum bicara. Jangan asal berkomentar bila tak paham. Apalagi sekadar ingin berbeda/ membelintang.

Pada tulisan sebelumnya, saya sudah sampaikan, tak semua kehidupan manusia bisa diatur oleh hukum. Pemikiran dan tingkah laku manusia yang begitu dinamis, tak mampu hukum menjawabnya seketika. Hukum yang bersifat kaku, seringkali terlambat mengantisipasi tingkah laku dan pikiran manusia.Karena itulah dikenal adanya etik, moral dan fatsoen, kepatutan dan kepantasan, supaya pergaulan manusia tetap harmonis.

Bagi orang orang yang ingin memakan daging  babi, silakan saja. Silahkan masak dengan cara apapun, tapi jangan sebut rendang, karena yang namanya rendang sebagai masakan etnik Minangkabau, pasti halal dan harus halal, seperti rendang paru, rendang daging sapi, rendang lokan, rendang pakis dan rendang rendang lainnya yang kini berkembang, tapi semuanya tetap halal.Pemda DKI dan polisi tampaknya sangat paham dengan itu, karenanya saya memberikan apresiasi yang tinggi akan ke sigapannya.

Polisi sebagai pelindung dan pengayom masyarakat, paham benar ranting yang akan menusuk dan dahan yang akan menghimpok/ jatuh, tahu benar hal hal yang akan dapat menimbulkan keresahan sosial dalam masyarakat kita yang majemuk, sehingga langsung memanggil pemilik restoran BABIAMBO itu ketika beritanya muncul di media sosial.Sejak semula, saya sudah menduga bahwa si pemilik restoran BABIAMBO, pasti tak paham dengan hal-hal yang saya kemukakan ini, dia sekadar manusia yang mencari uang dengan mangaku berinovasi.

Tapi janganlah pula ada yang lain ikut nimbrung melukai hati masyarakat Minang, dengan mencari-cari pembenarannya dengan argumen yang dibuat buat .Bagi masyarakat Minang, tentu semua ini ada hikmahnya. Kilek baliwuang lah ka kaki, kilek  camin lah ka muko. Gabak di hulu tando kan hujan, cewang di langik tando kan paneh.

Tumbuah di hari sarupo kini nan ko, saatnya untuk berbenah, mencari akal untuk melindungi hal hal yang pantas dilindungi. Jangan sampai terjadi, jalan dialiah urang lalu, cupak diganti urang manggaleh. Lah luluih mako balantai, lah anyuik mangko bapinteh .Langkah semacam itu bukanlah berarti etnik sentris, justeru bagian dari tindakan membela Indonesia, karena bukankah Minangkabau adalah juga kekayaan Nusantara ? Bahkan yang disebut  budaya bangsa itu adalah puncak puncak budaya daerah.

Alahan Panjang 15 Juni 2022

Editor : Eriandi
Tag:
Bagikan

Berita Terkait
Terkini