Padang, Singgalang - Jumlah penduduk miskin di Sumbar 335 ribu jiwa. Di Padang 48.440 ribu atau 6,6 persen dari jumlah penduduk. Untuk menolong mereka salah satu jalan terbaik, menggerakkan dana BAZ secara optimal. BAZ di Sumbar, sepertinya melahirkan sebuah gerakan serentak membantu seberapa banyak warga miskin yang bisa dibantu agar tidak miskin lagi.Sayang, badan amil zakat (BAZ) mesti pula menolong warga secara sporadis, baik untuk kebutuhan makan hari ini, atau sakit. Dalam kondisi seperti itu, pemerintah sepertinya belum sigap menolong rakyatnya sendiri.
Angka kemiskinan Sumbar dipetik dari data Badan Pusat Statistik (BPS) 2022, sedang angka Padang dari badan yang sama yang dikeluarkan 2021.
Untuk Padang, jumlah penduduk miskin naik dari sebelumnya Mengentaskannya, selain berbagai program pemerintah, dana zakat yang ada pada Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) diharapkan bisa membantu ini."Hendaknya memang seperti itu, dana zakat ketika diterima harus disalurkan secepatnya,"sebut Ketua Baznas Kota Padang, M. Mufti Syarfie.
Diakuinya, ada sejumlah kendala yang membuat dana zakat tidak maksimal dimanfaatkan untuk mengentaskan kemiskinan. Kendala itu mulai dari internal Baznas hingga dukungan dari luar.Diungkapkannya, penggunaan dana zakat saat ini memang lebih banyak untuk menangani yang sifatnya konsumtif. Karena, sekarang Baznas juga memberikan prioritas untuk membantu kebutuhan tersebut.
Sehingga, Baznas juga menyesuaikan penggunaan dana zakat sesuai dengan kebutuhan. Seperti, bantuan bagi warga tidak mampu, bantuan pendidikan dan kesehatan. Meski begitu tetap mengutamakan advokasi dakwah.Program ini menjadi penting, karena dengan advokasi tersebut berupaya menyadarkan masyarakat tidak hanya memikirkan nasib, tapi juga ibadah. Untuk itu, ditetapkanlah salah satu syarat mendapatkan bantuan itu mereka tercatat menjadi salah satu jemaah masjid dan mushalla di sekitarnya.
"Ketika ada warga tidak mampu belum sanggup membayar biaya rumah sakit, maka itu disegerakan dibantu. Ketika ada warga penerima zakat yang membutuhkan bantuan setelah ditimpa bencana, juga dibantu. Sekarang kita masih banyak pada bantuan seperti ini," katanya.Sementara untuk ekonomi dan pendayagunaan sangat minim. Perbandingan pemanfaatan dana zakat antara pendayagunaan dengan konsumtif tersebut cukup timpang."Dari 6 bulan terakhir kita menyalurkan sekitar Rp7 miliar. Dari jumlah itu untuk pendayagunaan dan peningkatan ekonomi itu sangat tipis," ulasnya.Kendala lainnya, Baznas belum punya sumber daya yang dapat memberikan pendampingan bagi penerima zakat untuk menjalankan usaha. Termasuk mendata dan menilai usaha yang layak untuk berkembang.
"Kita harus cari orang yang mampu untuk melakukan itu, tapi sudah masuk dalam rencana kita," ujarnya.Persoalan terberatnya adalah, terbatasnya akses masyarakat miskin tersebut. Mulai dari akses pendidikan. Terutama yang mampu membuat satu rencana usaha yang layak untuk dibantu.
Mereka tidak semuanya mampu membuat proposal untuk merencana sebuah usaha. Ketika itu masih terbatas, maka bantuan usaha tersebut sulit tepat sasaran.Jika tujuannya untuk pendayagunaan, maka ukurannya adalah sejauh mana dana zakat itu melepaskan warga dari kemiskinan. Harus jelas, berapa orang yang tidak miskin lagi ketika sudah mendapatkan bantuan modal.
Apalagi, tidak mungkin bantuan usaha diberikan secara terus-menerus, sepanjang usahanya belum berkembang. Ditambah pola pikir masyarakat tersebut masih memikirkan nasib dan kebutuhan hari-hari. Mereka tidak punya akses untuk memikirkan sebuah usaha, karena kemiskinan dia tadi.Untuk itu diperlukan dukungan pemerintah dan instansi lainnya. Terutama dari sektor perdagangan, pertanian dan lembaga lainnya. Terutama untuk pendampingan agar usaha tersebut bisa berjalan.
Editor : Eriandi