Bantu Inggris Lewati Masa Sulit Pasca PD II, Ratu Elizabeth II Paling Lama Berkuasa

×

Bantu Inggris Lewati Masa Sulit Pasca PD II, Ratu Elizabeth II Paling Lama Berkuasa

Bagikan berita
Foto Bantu Inggris Lewati Masa Sulit Pasca PD II, Ratu Elizabeth II Paling Lama Berkuasa
Foto Bantu Inggris Lewati Masa Sulit Pasca PD II, Ratu Elizabeth II Paling Lama Berkuasa

Ratu Elizabeth II yang awalnya tidak diperkirakan menjadi ratu, malah menjadi pemegang takhta paling lama, yakni selama 70 tahun setelah ayahnya George VI meninggal pada tahun 1952. George VI naik tahta ketika kakaknya, Raja Edward VIII turun tahta pada 1936.Dikutip BBC, Elizabeth Alexandra Mary Windsor lahir pada 21 April 1926, di sebuah rumah tak jauh dari Berkeley Square di London. Dia adalah anak pertama dari Albert, Duke of York, putra kedua George V, dan istrinya, mantan Lady Elizabeth Bowes-Lyon. Pada kematian George V pada 1936, putra sulungnya, yang dikenal sebagai David, menjadi Edward VIII. Namun, pilihan istrinya, American Wallis Simpson yang dua kali bercerai, dianggap tidak dapat diterima karena alasan politik dan agama. Pada akhir tahun dia turun tahta.

Sepanjang kepemimpinannya, Ratu Elizabeth bekerja dengan 15 perdana menteri, dimulai dengan Winston Churchill. Ia menjadi pemimpin negara bagi pemerintahan Partai Buruh dan Konservatif, sesuai dengan tradisi kerajaan yang tetap netral dalam masalah politik.Ia membantu Inggris melalui masa-masa sulit setelah Perang Dunia II berakhir, Perang Dingin, krisis ekonomi global, konflik di Irlandia Utara, pembentukan Uni Eropa, hingga Brexit.

Ratu Elizabeth, mengundang kekaguman karena dedikasinya pada pekerjaannya, dan juga dianggap oleh banyak orang Inggris sebagai pilar kekuatan bagi negara tersebut ketika Inggris menavigasi pengaruhnya di dunia yang semakin berkurang.Pada 9 September 2015, Ratu Elizabeth resmi menjadi pemimpin kerajaan Inggris yang paling lama memerintah. Hari bersejarah itu, ia habiskan dengan melakukan tugas sehari-harinya, termasuk meresmikan kereta api baru di Skotlandia.

"Tidak bisa dipungkiri, umur panjang artinya melewati banyak tonggak sejarah, tidak terkecuali saya sendiri," katanya pada upacara tersebut, seperti dilansir dari VOA, Jumat (9/9/2022).Sebagai seorang bangsawan muda, Putri Elizabeth langsung berada di garis tahta ketika pamannya, Edward VIII, turun takhta pada tahun 1936 untuk menikahi seorang janda Amerika.

Ayahnya, George VI, mewarisi peran kepala negara, dan memimpin monarki dari tahun 1936 hingga meninggal pada tahun 1952. Putri Elizabeth sedang melakukan tur di Kenya ketika dia mengetahui kematian ayahnya. Dia baru berusia 25 tahun saat itu dan baru empat tahun menikah dengan Letnan Angkatan Laut Philip Mountbatten, seorang pangeran Yunani, yang dia nikahi pada usia 21 tahun. Mereka kemudian memiliki empat anak, Charles, lahir pada tahun 1948, Anne, lahir pada tahun 1950, Andrew pada tahun 1960 dan Edward pada tahun 1964.Setahun setelah kematian ayahnya, Elizabeth dinobatkan pada tahun 1953 di sebuah upacara di Westminster Abbey London, yang pertama kali disiarkan langsung ke dunia. Beberapa perjalanannya merupakan tonggak diplomatik bagi Inggris, termasuk kunjungannya ke Jerman Barat pada tahun 1965, kunjungan resmi pertama oleh kerajaan Inggris ke Jerman sejak 1913. Perjalanan itu menandai peringatan 20 tahun berakhirnya Perang Dunia II.

Pada tahun 1986, Ratu Elizabeth menjadi ratu Inggris pertama yang mengunjungi daratan China, dan 25 tahun kemudian ia menjadi ratu Inggris pertama dalam 100 tahun yang melakukan perjalanan ke Republik Irlandia. Pidatonya di Irlandia pada tahun 2011 dipuji, ketika ia mengatakan kunjungannya “mengingatkan kita pada kompleksitas sejarah kita, dengan banyak dimensi dan tradisinya, dan pentingnya kesabaran dan konsiliasi. Mampu tunduk pada masa lalu, tetapi tidak terikat olehnya.” (okezone)

Editor : Eriandi
Tag:
Bagikan

Berita Terkait
Terkini