112 Tahun Thawalib, Inyiak Parabek tak Tertirukan

×

112 Tahun Thawalib, Inyiak Parabek tak Tertirukan

Bagikan berita
Foto 112 Tahun Thawalib, Inyiak Parabek tak Tertirukan
Foto 112 Tahun Thawalib, Inyiak Parabek tak Tertirukan

Sejumlah santri, memegang buku novel biografi Inyiak Parabek, yang baru saja dibelinya. Di dalam buku itu, ada kisah 112 tahun silam: Thawalib dibangun Inyiak Parabek. Ulama ini, tak tertirukan oleh siapapun, hari ini!Sebuah stand memajang novel tersebut dan buku ulama Minang lainnya. Seorang panitia melayani santri yang bertanya.

"Novel Inyiak Parabek Rp75.000." Santri bagaduru melihat buku tersebut, tapi yang memebeli tak sebanyak itu hehe.Mereka adalah generasi sekarang, tak pernah melihat surau Parabek didirikan, lebih seabad lampau.

Begitulah, Sabtu (17/9) acara rangkaian Milad 112 Tahun Thawalib Parabek Bukittinggi, Agam. Pada Sabtu itu dilaksanakan mubes alumni."Ambo sadang di Parabek Pak, Mubes Alumni," tulis seorang alumni Khairul Asdhiq kepada penulis.

Thawalib Parabek di Parabek Ladang Laweh, adalah sekolah agama yang tua, lebih tua dari ingatan siapapun di Sumatera Barat. Sekolah ini, merupakan hasil dari ilmu yang dipetik di Mekkah oleh pendirinya.Pada 1910, ketika Lutan balik haji, pulang membawa ijazah yang diberikan oleh gurunya, Syekh Ahmad Khatib al-Minangkabawi di Mekkah. Di situ tertulis namanya, Ibrahim Musa. Zaman dan tingkat keilmuannya kemudian mengubah nama tersebut menjadi atau Syekh Ibrahim Musa Parabek atau Inyiak Parabek.

Thawalib Parabek bermula dari sebuah surau yang dibangun dengan tangan sendiri oleh Inyiak Parabek pada 1910. Delapan tahun kemudian ia berkongsi dengan Inyiak Deer, ayah Hamka, membangun lembaga pendidikan bernama Sumatera Thawalib.Satu di Padang Panjang, satu di Parabek dan di sejumlah tempat lain, dengan ulama-ulama kharismatik sebagai tokoh sentralnya.

Sejak itu, Thawalib Parabek bagai buritan kapal, mengergaji laut kehidupan menuju samudera luas. Cinta mengikuti kemana kita pergi. Juga ilmu, jika Anda mau. Dan, ilmu itu berlabuh di teluk yang damai di sebuah lembah, bernama Parabek.Hari ini, miliaran uang beredar di Parabek. Uang kehidupan santri. Ribuan satri telah diwisuda dan sebagian belajar di luar negeri. Misalnya, Seorang pria bernama Nanda Ahmad Basuki atau Afwan Hafiz.

Dua anak lulusan Parabek ini belajar di Eropa. Demikian juga yang belajar ke Mesir dan berbagai perguruan tinggi agama dan bukan agama terkemuka di dunia.Inyiak Parabek adalah satu dari ulama kharismatik Minangkabau. Lainnya, Syekh Tajir Jalaluddin, Syekh Karim Amrullah, Inyiak Canduang, Inyiak Jambek, Syekh Abdul Latif Syakur, Syekh Abbas Qdi Ladang Laweh, Inyiak Canduang, Syekh Abbad Padang Japang, Syekh Saad Mungka, Syekh Jamil Jah, Sykeh Thaib Umar serta sederatan panjang nama ulama Minang yang hingga kini tak tertirukan.

Walau tak tertirukan, tapi bisa diikuti jejaknya. Tak pernah menghina orang, ilmunya dalam, sayaknya landai dan ikannya jinak. Jika orang bertanya dijawab dengan lemah lembut dan hati-hati. Jika berdebat dengan buku.Tapi, adalah riwayat ulama-ulama besar Minangkabau itu diajarkan di Thawalib dan sekolah agama lainnya di Minangkabau hari ini? Ada tapi selayang-selayang saja. Tak cukup. Tak memadai.

Mestilah, kata kawan saya, seperti kewiraan zaman lampau di PTN dan wajib ada bidang studi tentang ulama tersebut. Dengan demikian bisa didapat ruhnya dan bagaimana jaringan ulama itu dibangun.Tapi itu urusan setelah ini sajalah. Sekarang Thawalib Parabek telah berusia 112 tahun, sama tua dengan Semen Padang. Thawalib pada 1918 dan masjid-nya memang dibangun dengan Semen Padang. Masjid itu, diteliti oleh seorang insinyur teknik sipil bernama Soekarno.

Pada Sabtu alumni melaksanakan mubes, sebenarnya lebih dari sekadar memilih ketua. Lebihnya? Mestilah memperkuat brand. Pepsodent saja terus-menerus menancapkan brand-nya di benak konsumen. Ini sekolah, mestilah lebih dari itu.Maka banyak yang berharap agar para alumni berkiprah lebih hebat lagi di tengah masyarakat. Jika mau.

Editor : Eriandi
Tag:
Bagikan

Berita Terkait
Terkini