MALANG - Sebuah video viral di media sosial memperlihatkan salah satu pendukung Arema FC meminta baik-baik ke polisi untuk tidak menggunakan gas air mata ke tribun yang banyak anak kecil dan perempuan. Namun, permintaan tersebut direspons kurang baik dari petugas keaman tersebut, malahan ia dibentak dan dipukul.Aksi itu terjadi pada saat laga Arema FC kontra Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan pada Sabtu 1 Oktober 2022. Laga tersebut dimenangkan oleh Persebaya dan ternyata hasil itu membua Aremania kecewa sampai ada yang masuk ke dalam lapangan. Hal itu membuat aparat kemananan bertindak dengan cara yang tidak indah. Sampai-sampai mereka menembakan gas air mata ke arah tribun penonton, yang membuat banyak suporter panik.
Terbaru, ada video viral di media sosial yang memperlihatkan salah satu suporter yang berada di lapangan dan menghampiri polisi usai tembakan gas air mata ke tribun penonton. Aremania itu meminta baik-baik untuk tidak menembakan gas air mata ke tribun karena banyak anak kecil."Salah satu kawan saya, turun ke lapangan baik-baik berbicara tentang jangan gunakan gas air mata di tribun karena ada anak kecil yang terkena imbasnya," cuit akun @adilah_iqbal
Namun, bukannya sambutan baik yang didapt olehnya, salah satu Aremania itu justru dibentak dan dipukul oleh polisi tersebut untuk segera keluar dari lapangan."Lalu apa yang dia dapatkan? Bentakan, pukulan untuk keluar dari lapangan!" lanjut akun tersebut.
Dalam cuitan lainnya di akun tersebut, sang pemilik akun memberikan kondisi temannya yang meminta polisi untuk tidak tembak gas air mata ke penonton. Pemilik akun tersebut mengungkapkan bahwa kondisi temannya saat ini alami luka-luka memar akibat pukulan yang dilakukan oknum polisi tersebut."Ya, ini dia yang dia dapatkan. Luka memar akibat pukulan-pukulan yang sebenarnya. Dia ikut turun untuk menyuarakan jangan tembak gas air mata ke tribun! Sampai sekarang yang sakit masih di bagian kepala ada banyak luka yang tertutup rambut," sambung akun @adilah_iqbal.Tentu saja kejadian tersebut sangat ironis. Andai saja polisi lebih persuasif, tenang, dan mendengarkan apa kata Aremania itu. Mungkin saat ini seorang tidak ada tangis dari seorang ibu atau bapak yang kehilangan anaknya atau bahkan anak yang kehilangan ibu dan bapaknya.Tragedi Kanjuruhan jelas menjadi luka mendalam bagi kita semua. Sampai saat ini, diketahui sudah ada 125 korban meninggal dunia akibat insiden tersebut.
Sementara itu, saat ini pemerintah telah membentuk Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF). TGIPF akan dipimpin oleh Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam), Mahfud MD, guna mengungkap insiden yang terjadi di Stadion Kanjuruhan. (okezone)
Editor : Eriandi