Pesanggrahan, Saksi Sejarah Empat Hari Mr. Syafrudin Prawiranegara Pimpin PDRI dari Sungai Dareh

×

Pesanggrahan, Saksi Sejarah Empat Hari Mr. Syafrudin Prawiranegara Pimpin PDRI dari Sungai Dareh

Bagikan berita
Pesanggrahan, Saksi Sejarah Empat Hari Mr. Syafrudin Prawiranegara Pimpin PDRI dari Sungai Dareh
Pesanggrahan, Saksi Sejarah Empat Hari Mr. Syafrudin Prawiranegara Pimpin PDRI dari Sungai Dareh

PADANG - Pesanggrahan saksi sejarah Mr Syafrudin Prawiranegara memimpin NKRI selama 4 hari dari Nagari Sungai Dareh Kecamatan Pulau Punjung, Dharmasraya. Sejarah yang tak banyak dikenal generasi muda di Ranah Cati Nan Tigo tersebut.Rumah dengan arsitektur Eropa di jalan Pesangerahan Jorong Sungai Kilangan Nagari Sungai Dareh nampak mencolok dari bangunan sekitarnya. Bangunan itu masih kokoh dengan warna cat merah.

Atap genteng kecoklatan. Sedikit ruang tamu seperti rumah peninggalan Belanda kebanyakan. Rumah tersebut kini menjadi kantor Dinas Sosial Kabupaten Dharmasraya. Di rumah itulah dulunya Mr Syafrudin Prawiranegara menggelar rapat, sekaligus juga pernah menyampaikan selamat tahun baru melalui radio.Bangunan itu tepat di pinggir Batang Hari. Sekitarnya sudah dibangun sejumlah rumah warga. Sementara tugu PDRI dibangun sekitar 100 meter dari rumah tersebut.

"Ini sejarah yang disampaikan pada kami. Ini kami dapatkan juga dari sejumlah sumber. Kalau saksi sejarah sudah tidak ada lagi di sini,"sebut Camat Pulau Punjung, Yulius Monti, Kamis (15/12).[caption id="attachment_154256" align="alignnone" width="250"] Tugu PDRI di tepi Batang Hari, Sungai Dareh.Ist[/caption]

Diakuinya, tak banyak yang tahu kalau Sungai Dareh pernah menjadi titik kumpul Mr Syafrudin Prawira Negara. Jejak sejarah itu baru diketahui banyak oleh warga Dharmasraya setelah adanya kegiatan seminar yang digelar pada 2020 lalu.Selain itu juga dari buku Sejarawan Mestika Zed dalam Buku “Somewhere in The Jungle: Pemerintah Darurat Republik Indonesia” (1997).

Hanya empat hari di Sungai Dareh. Karena PDRI saat itu dijalankan dengan gerilya. Namun, keberadaan di Dharmasraya mulai 'tercium' oleh Belanda.Kontan, hanya dari tanggal 31 Desember 1948 hingga 3 Januari 1949 rombongan Mr Syafrudin Prawiranegara di Sungai Dareh. Rombongan memutuskan untuk mencari daerah lebih aman menuju Bidar Alam, Solok Selatan.

Menariknya, dalam perjalanan ini rombongan yang berisikan Mr. Syafrudin Prawiranegara, Wakil Ketua PDRI Teuku Mohammad Hasan dan Loekman Hakim berbeda pendapat untuk memilih jalur menuju Bidar Alam.Bahkan, ketiga tokoh tersebut memilih jalur yang berbeda pula untuk mencapi Bidar Alam dari Sungai Dareh. Pada 4 Januari 1949 ketiga rombongan tersebut berangkat menuju Bidar Alam.

Pada 4 Januari, rombongan tersebut berangkat meninggalkan Sungai Dareh. Saat berangkat menuju Abai Sangir, rombongan dibagi tiga.Mr. Syafrudin Prawiranegara memilih jalur sungai Batang Hari sebanyak 20 orang rombongan. Rombongan pertama ini mendapat tenaga pengawal tambahan dari BPNK Sangir di bawah pimpinan Sersan Mayor Alwain Alamsyah.

Rombongan pertama ini, menuju Abai Sangir naik perahu menantang arus Batang Hari ke hulu. Sebaimana dikawatirkan, rombongan ini sempat tenggelam karena perahu oleng. Maka pada malam hari, rombongan harus menepi di peladangan masyarakat.Kemudian, rombongan kedua dipimpin Wakil Ketua PDRI Teuku Mohammad Hasan. Ikut dalam rombongan ini, peralatan radio dan para teknisinya yang memang berisiko kalau harus lewat jalur sungai.

Sementara Loekman Hakim bersama sejumlah pengawal melalui jalur memutar melalui Muaro Bungo, Jambi.Baik rombongan Mr. Sjafruddin yang melalui jalur sungai maupun rombongan Mr. Hasan lewat jalan darat sampai di Abai Sangir pada 7 Januari 1949. Sementara, rombongan ketiga sampai sekitar dua pekan kemudian, saat kabinet PDRI sudah berbasis di Bidar Alam.

Peristiwa AnehDiceritakan Yulius, dari informasi yang berkembang dalam seminar tersebut ada dua peristiwa aneh yang mengikuti perjalanan rombongan tersebut. Keduanya melibatkan harimau.

Editor : Eriandi
Tag:
Bagikan

Berita Terkait
Terkini