JAKARTA - Organisasi independen World Population Review (WPR) menempatkan Indonesia pada jajaran sepuluh negara berperingkat terbawah dengan tinggi tubuh rata-rata usia dewasa terpendek di dunia.Dilansir dari laman resmi WPR di Jakarta, Jumat, Indonesia masuk urutan ke-182 dari 199 negara yang disurvei di dunia. Berdasarkan hasil survei tinggi badan di Indonesia berkisar 166 cm.
Indonesia berada di kelompok sepuluh negara dengan tubuh terpendek bersama Bolivia 168 cm, Philipina 165 cm, Vietnam 168 cm, Kamboja 165 cm, Nepal 164 cm, Ekuador 167 cm, Sri Lanka 168 cm, Nigeria 170 cm, dan Peru 166 cm.Laman tersebut juga menempatkan sepuluh negara dengan tinggi badan orang dewasa di atas rata-rata, di antaranya Belanda dan Montenegro berkisar 183 cm, Denmark 181 cm, Norwegia, Jerman, Kroasia, dan Serbia 180 cm.
Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekrnoputri, dalam acara Kick Off Pancasila Dalam Tindakan di kawasan Jakarta Selatan, Kamis (16/2), mengaitkan tinggi badan masyarakat Indonesia di bawah rata-rata dengan kejadian stunting."Sebenarnya negara ini banyak yang tinggi fisiknya juga di bawah rata-rata. Indonesia menurut saya sekarang seharusnya itu saja tidak tercapai. 160 cm saja belum tercapai," ujarnya.
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan RI Siti Nadia Tarmizi yang dikonfirmasi mengatakan belum ada survei nasional terkait tinggi badan orang dewasa di Indonesia."Kami tidak ada survei ini (tinggi badan dewasa)," katanya.Nadia mengatakan, stunting di Indonesia memang berkaitan dengan tinggi badan yang tidak sesuai dengan umumnya.Pakar Ilmu Kesehatan Anak Prof Aman Bhakti Pulungan mendefinisikan stunting sebagai kejadian tubuh anak pendek yang disebabkan malnutrisi atau penyakit kronik.
"Tapi tidak semua stunting itu pendek kalau tidak disebabkan malnutrisi atau penyakit kronik," katanya.Ia mengatakan, definisi stunting perlu diperkuat dengan kurva berstandar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada rentang usia di bawah 5 tahun.
"Stunting untuk anak di bawah 5 tahun dan memakai kurva WHO," katanya. (*/ant)
Editor : Eriandi