Siswanto dari PT. Angkasa Pura II juga memaparkan data terkait peningkatan ini. Jumlah penerbangan internasional BIM saat covid memang menurun, namun sejak dibuka kembali mulai Oktober 2022, terus terjadi peningkatan yang signifikan. Kemungkinan performa yang baik dalam penerbangan internasional ini bisa kembali seperti sebelum pandemi.Penumpang penerbangan internasional BIM paling bayak pada 2018 yakni mecapai 4,2 juta orang. 2017 3,9 juta. Menurun karena pandemi menjadi 1,2 juta di 2020 dan mulai merangkak naik menjadi 1,8 pada 2022
"Kita optimis akan terus naik apalagi telah dibuka jalur penerbanga BIM-Kuala Lumpur," ujarnya.Terkait jumlah penumpang penerbangan luar negeri, Darmawi dari Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (ASITA) mengatakan bahwa BIM sejak sebelum dan pasca pandemi masih menjadi salah satu bandara internasional dengan performa terbaik di Sumatera.
"Bangka Belitung status internasional tapi penerbangannya tak ada, Batam hanya 1 penerbangan dengan pesawat kapasitas penumpang sedikit 48 orang, Palembang hanya dua sebelum pandemi, Riau lebih banyak penerbangan luar dari pada ke dalam," katanya.Darmawi mengklaim dari paket yang ditawarkan ASITA untuk wisata Sumbar berhasil membawa wisatawan dalam jumlah ratusan ribu. Dari data ASITA selama ini 500 ribu urang Minang di Malaysia yang bolak balik datang pergi. Ditambah 600 ribu dari negeri sembilan.
"Itu belum termasui umroh, lebih kurang 6 ribu orang berangkat umroh dari BIM yang berasal dari provinsi tetangga,"Dari angka-angka itu, tambah dia, dihitung uang yang masuk ke Sumbar lewat akomodasi, transportasi, makan minum amatlah banyak. Wisatawan yang memakai paket ASIT menginap rata-rata 3-4 hari, ditambah pula jamaah umrah yang pastinya menginap semalam dua malam di sumbar.
"Ini kontribusi besar untuk perekonomian Sumbar. Amat rugi kalau hilang," ujarnya.Data ASITA tersebut diperkuat oleh Bank Indonesia Perwakilan Sumbar, Atika Amsari dari Bank Indonesia yang menghadiri rapat tersebut memaparkan bahwa, transportasi dan pergudangan termasuk transportasi udara menjadi 3 motor penggerak penggerak perekonomian Sumbar. Masuk pula di dalamnya imvestasi asing dan konsumsi. Hilangnya satatus internasional akan membuat investasi asing terkurung.
"Jika BIM tak lagi layani penerbangan internasional ini akan berpengaruh besar pada pertumbuhan ekonomi Sumbar. Sementara pembukaan rute internasional yang baru, telah memperlihatkan efek positif untuk kunjungan wisatawan dan belanja mengikutinya," ujarnya.Penuruman status BIM bisa menjadi pukulan besar. Apalagi menurut data BI pasca pandemi, PDRB Sumbar rendah. Bahkan kinerja ekonomi Sumbar pada 2022 tercatat di bawah kinerja ekonomi rata-rata Pulau Sumatera."Dari seluruh provinsi di Pulau Sumatera, Sumbar merupakan provinsi dengan PDRB nomor 2 terendah. Provinsi dengan PDRB terbaik Aceh dan Sumatera Utara. Kinjerja ekonomi Sumbsr pun masih di bawah rata-rata Pulau Sumatera,"ujarnya.BI menegaskan pariwisata menjadi salah satu penggerak pertumbuhan ekonomi Sumbar sejak akhir Tahun 2022 dan 2023 ini. Bahkan sektor pertanian yang dulunya penggerak sekarang tak banyak memberikan kontribusi.
"Kunjungan wisatawan ke Sumbar mendorong aktivitas investasi dan konsumsi. Konsumsi ini adalah memberikan kontribusi untuk besar untuk pertumbuhan ekonomi. Jika BIM tak lagi berstatus internasional ini akan menjadi pukulan keras untuk ekonomi Sumbar," katanya. (401)
Editor : Eriandi