Ada 8 Hektar, Masyarakat Tanjung Bonai Aur Mulai Panen Minyak Kayu Putih

×

Ada 8 Hektar, Masyarakat Tanjung Bonai Aur Mulai Panen Minyak Kayu Putih

Bagikan berita
Foto Ada 8 Hektar, Masyarakat Tanjung Bonai Aur Mulai Panen Minyak Kayu Putih
Foto Ada 8 Hektar, Masyarakat Tanjung Bonai Aur Mulai Panen Minyak Kayu Putih

PADANG - Sebanyak 28.000 batang kayu putih dengan luas lahan 8 hektar kayu putih dikelola secara swadaya oleh masyarakat Tanjung Bonai Aur, Sijunjung sudah panen.Masyarakat Tanjung Bonai Aur belakangan sudah membudidayakan minyak kayu putih. Ini menjadi sumber pendapatan baru bagi masyarakat. Penanaman kayu putih dimulai tahun 2019 - 2020.

Lembaga Pengelola Hutan Nagari (LPHN) TBA memperoleh Hak Pengelolaan Hutan dari Meteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan melalui SK Nomor SK.2708/MenLHK-PSKL/PKPS/PSL0/4/2018 seluas 366 Ha."Mulanya masyarakat Tanjung Bonai Aur menanam minyak kayu putih sebagai upaya memulihkan lahan tidak produktif yang berada di kawasan hutan desa,"kata Ketua LPHN TBA, Adam Senin (24/7/2023).

Dikatakannya, pada 2019- 2020, melalui kerjasama dengan Inhutani IV melakukan penanaman bibit unggulan kayu putih. Harapannya ini dapat menjadi alternatif ekonomi bagi masyarakat.Tanaman kayu putih dipilih karena kemampuannya bisa tumbuh di lahan yang produktivitasnya menurun dan kritis sekalipun. Kayu putih merupakan tanaman kayu-kayuan yang akan membuat tutupan hutan menjadi rapat. Penanaman kayu putih ini merupakan satu-satunya di Kabupaten Sijunjung.

“Total 336 Ha areal perhutanan sosial di Tanjung Bonai Aur, setelah dilakukan pemetaan ternyata didapati lahan tidak produktif yang berisi karet tua, karena harga karet yang rendah dan produktivitas yang menurun. Lahan tersebut kini ditanam kayu putih,”tambahnya.Pada tahun 2021, masyarakat kemudian mendapat dukungan mesin penyulingan kayu putih melalui dana DAK Ekonomi Produktif.

Masyarakat juga mendapatkan pelatihan penggunaan mesin juga dilakukan oleh UPTD KPHL dan UPTD Minyak Atsiri untuk operator yang ditunjuk oleh Kelompok. Hingga didapatkan sampel minyak kayu putih.Sampel kemudian diuji di laboratorium UPTD Atsiri Sumatera Barat. Hasil uji menunjukan kandungan minyak kayu putih nagari TBA masuk dalam Kategori Super dengan kandungan cineol diatas 70%.

Keberadaan kayu putih ini mendukung perekonomian masyarakat. Melalui Kelompok Usaha Perhutanan Sosial (KUPS) Bukik Godang memanen 100 Kg daun kayu putih dengan rincian 100 : 1. Artinya setiap 100 Kg daun kayu putih menghasilkan 1 Kg minyak. Dari sulingan minyak ini, masyarakat pengelola mendapatkan tambahan penghasilan sebesar Rp.400 ribu perbulan.Namun, angka tersebut bukanlah capaian maksimalnya. Peluang usaha ini bisa menjanjikan jika hambatan yang dihadapi oleh masyarakat dapat diselesaikan. Paling mendasar, tantangan pada SDM dalam memproduksi minyak kayu putih belum mumpuni untuk menghasilkan minyak sesuai standar mutu produk minyak atsiri.

“Kurangnya kapasitas dan pengetahuan dalam budidaya kayu putih serta penyulingan minyak atsiri. Hal ini berpengaruh pada kualitas produk. Mengingat, dalam pengelolaan tidak hanya proses penyulingan yang utama namun proses penyimpanan pasca penyulingan juga butuh perhatian penting. Kapasitas dalam budaya kayu putih belum mahir, sehingga untuk menambah bibit dari pohon yang ada belum dapat dilakukan,”katanya.Kini, kendala yang dihadapi masyarakat adalah pasar. Selama ini produk baru dipasarkan melalui kegiatan atau pameran yang dilakukan oleh pemerintah kabupaten.

“Produk minyak kayu putih yang dihasilkan belum maksimal. Ada beberapa catatan dari konsumen yang harus dievaluasi seperti aroma dan warna yang dihasilkan dianggap masih perlu perbaikan untuk peningkatan kualitas produk,” kata Irma KUPS Bukik Godang.Kendala lain masyarakat, minimnya akses jalan menuju ladang kayu putih juga menjadi kendala. Berjarak 6 Km dari pemukiman dengan kondisi jalan tanah setapak.

Tentu menghambat keefektifan waktu menuju ladang, yang biasa ditempuh 45 menit menggunakan sepeda motor. Jika pasca hujan mengharuskan jalan kaki dengan memakan waktu satu sampai satu setengah jam.Terakhir, belum adanya sarana transportasi yang mendukung. Selama ini, petani mengandalkan motor untuk mengangkut kayu putih dari ladang menuju rumah produksi. Ini berdampak pada bergugurannya daun kayu putih yang dibawa mengingat akses jalan tertutup pepohonan dan semak belukar.

Menyadari hambatan-hambatan itu, masyarakat Tanjung Bonai Aur tidak lantas berhenti. Saat ini masyarakat tengah belajar untuk meningkatkan kualitas produk dan ladang kayu putih.KKI Warsi yang mendampingi masyarakat di Tanjung Bonai Aur mengadakan pelatihan untuk peningkatan kapasitas masyarakat melalui penguatan kelembagaan. Pelatihan ini mengajak masyarakat untuk melihat akar permasalahan, mengatasi tantangan pengelolaan tanaman kayu putih berbasis data dan rasionalitas dalam merumuskan strategi pemecahan masalah.

Editor : Eriandi
Tag:
Bagikan

Berita Terkait
Terkini