BEIJING - Inisiatif Belt and Road (BRI) China diumumkan oleh Presiden China Xi Jinping, September 2013 di Universitas Nazarbayev, Kazakhstan. Belt dan Road Initiative China (BRI) adalah kegiatan ekonomi, diplomatik, dan geopolitik yang beragam yang sebelumnya bernama "New Silk Road" kemudian berubah menjadi "One Belt One Road".
Belt and Road Initiative China merupakan salah satu kebijakan luar negeri dan ekonomi Pemerintah Tiongkok yang paling ambisius. Kebijakan ini bertujuan untuk memperkuat pengaruh ekonomi Tiongkok melalui program yang luas dan menyeluruh dalam pembangunan infrastruktur di seluruh negara yang dilewati jalur tersebut. Kebijakan ini dikeluarkan juga mengingat perang dagang antara China dengan Amerika Serikat yang saling memperebutkan pengaruh politik dan ekonomi.
Hal itu dikatakan Prof DR Wang Yiwei, Jean Monnet Chair Profesor Director of Institue Of Internasional Affairs Renmin University of China, saat memberikan pencerahan kepada peserta program China Asia Pacific Press Center (CAPPC) tahun 2023 di Beijing, China yang digelar Pusat Komunikasi Pers Internasional China (CIPCC) dengan mengundang jurnalis dari Asia Pasifik, Afrika, Karibia, Amerika Latin, Eropa Tengah dan Timur diikuti 81 wartawan dari 69 negara, Senin (7/8).
BRI memiliki dua rincian yaitu jalur sutra ekonomi darat dan jalur sutra maritim berbasis laut. BRI menghubungkan Asia, Afrika, Oseania, dan Eropa dengan berbagai infrastruktur yang dibangun. Tiongkok telah mengusahakan dengan mengedepankan sifat kooperatif yang mana akan menguntungkan bersama. BRI memiliki prinsip perdamaian dan kerjasama, keterbukaan dan inklusivitas, saling belajar dan saling menguntungkan.
China telah membuka jalur kereta api terpanjang di dunia yang menghubungkan China hingga ke Eropa. Dengan ini membuka peluang bisnis bagi perusahaan-perusahaan di sepanjang jalur tersebut baik jalur sutra darat di utara maupun jalur sutra maritim di selatan.
Dia mengatakan, di China saat ini ada lebih dari 40 ribu kilometer jalur kereta. Jadi untuk pergi ke daerah atau provinsi lain tidak memerlukan jalur udara. Dia mengatakan jalur kereta ini penting, untuk menghubungkan antar provinsi. "Jangan seperti di Perancis. Untuk pergi dari satu wilayah ke wilayah lain, harus terbang ke Paris dulu baru ke tujuan, meskipun itu provinsi tetangga," katanya.
Dia pun memuji Indonesia saat ini yang gencar membangun jalan dan jalur kereta. "Jalur kereta cepat Jakarta-Bandung sangat bagus. Sama seperti kereta cepat Beijing-Tianjin. Dulu dari Beijing ke Tianjin butuh waktu 5 jam berkendara. Pulang pergi habis 10 jam. Kalau sekarang, hanya ditempuh satu jam, dua jam pulang pergi. Ini tentu lebih menghemat waktu," katanya.
Namun masalahnya, adalah untuk membiayai itu, jarang ada perusahaan swasta yang mendanai, karena untuk "balik modal" butuh waktu lama bisa sampai 30 tahun. "Makanya pemerintah perlu melakukan pinjaman ke negara lain. Dan untuk itu diperlukan pemerintahan yang stabil dan kuat," katanya. (*)
Editor : Eriandi