Novel Biografi Syekh Ahmad Khatib al-Minangkabawi dari Peraih Adinegoro

×

Novel Biografi Syekh Ahmad Khatib al-Minangkabawi dari Peraih Adinegoro

Bagikan berita
Foto Novel Biografi Syekh Ahmad Khatib al-Minangkabawi dari Peraih Adinegoro
Foto Novel Biografi Syekh Ahmad Khatib al-Minangkabawi dari Peraih Adinegoro

“Sejarah adalah histori atau kisah, bukan ilmu murni. Sejarah adalah kisah, dikisahkan sedemikan rupa seperti film. Ada film yang diangkat dari kisah nyata, novel biografi juga, diangkat dari kisah nyata”.KAKI BUKIT – Kini ada banyak bertebaran terbit novel biografi yang ditulis penulis atau novelis top Indonesia. Di antara banyak penulis novel biografi tersebut adalah Khairul Jasmi penulis novel dan jurnalis atau wartawan yang kini dan terus bermukim di Ranah Minang. Ada juga penulis novel biografi berangkat dari profesi jurnalis, yaitu Albertheine Endah, Fenty Effendy, Akmal Nasery Basral dan Ahmad Fuadi.

Selain lima penulis tersebut, mungkin masih ada penulis novel biografi yang juga berlatar belakang atau berprofesi sebagai wartawan. Namun Khairul Jasmi adalah pengecualian. Khairul Jasmi adalah penulis novel biografi yang khusus dan komplet, sebagai wartawan pria kelahiran 15 Februari 1963 di Tanah Datar ini juga dikenal sebagai sastrawan dan budayawan Sumatera Barat atau Minangkabau, untuk menjadi penulis dia tidak harus pergi merantau ke ibu kota Jakarta.Khairul Jasmi yang akrab disapa “KJ” adalah wartawan dengan prestasi yang tidak diragukan lagi kualitas dan kapasitasnya. Sebagai wartawan KJ sudah meraih penghargaan tertinggi untuk karya jurnalistik di negeri ini. KJ sukses meraih Penghargaan Adinegoro sebuah penghargaan yang diberikan terhadap karya jurnalistik terbaiknya yang diberikan tahun 2003 saat dirinya tercatat sebagai wartawan Harian Republika.

Penghargaan Adinogero yang berikan setiap tahun bersamaan dengan Hari Pers Nasional (HPN) tak bedanya dengan Penghargaan Putlizer (Pulitzer Prize) yang diberikan kepada wartawan dan penulis terbaik di Amerika Serikat (AS).Puncak prestasinya pada karirnya sebagai wartawan adalah menjadi Pemimpin Redaksi Harian Singgalang yang terbit di Padang, Sumatera Barat (Sumbar). Sebelumnya ia pernah berkarir sebagai wartawan pada beberapa media massa cetak, diantarnya Harian Republika.

Dari tangan peraih Adinegoro tersebut banyak lahir karya sastra dari cerita pendek (cerpen) dan novel juga buku birografi. Khusus novel biografi sudah empat novel biografi yang ditulisnya dan sudah diterbitkan oleh Republika Penerbit. Yaitu, Syekh Sulaiman al-Rasuli, Inyiak Sang Pejuang, Rahmah el Yunusiyyah: Perempuan yang Mendahulu Zaman dan Syekh Ahmad Khatib al-Minangkabawi Guru Para Ulama dari Indonesia sebagai novel biografi terbarunya yang terbit awal Agustus 2023.Ada beberapa catatan dalam tulisan ini tentang kisah dalam Syekh Ahmad Khatib al-Minangkabawi yang ditulis dan susun bak sebuah kronologis sang tokoh, yang pasti bukan seperti menulis daftar riwayat hidup atau curicullum vitae jika ingin melamar kerja atau nara sumber sebuah seminar.

Buku Syekh Ahmad Khatib al-Minangkabawi ditulis KJ berdasarkan kehidupan sang tokoh sejak dari masa kecil, menuntut ilmu di Masjidil Haram dengan banyak guru hingga berkeluarga. Sampai kemudian meninggal dunia di Mekkah. Buku setebal 339 halaman merekam semua itu menarik.Dikatakan menarik, KJ selalu menulis dan diksi dan pilihan kata beraroma nuansa Ranah Minang nan elok. Di jurnalisme ada genre yang dikenal sebagai jurnalisme sastra, dalam Syekh Ahmad Khatib al-Minangkabawi yang dikelompokan dalam 13 bagian KJ menulis dengan sentuhan jurnalisme sastra. Buka saja baca pada Bagian I. Hidup di Kampung sampai bagian terakhir atau Bagian XIII. Anak-anak dan cucu.

Membaca buku ini ada aroma jurnalisme sastra yang tercium dan terekam pada setiap pilihan kata atau diksi dalam merangkai cerita. Aroma itu sudah ditemukan pada paragraf pertama di Bagian I yang berjudul “Tak Siang Tak Malam” (halaman 3). KJ menulisnya, “Anak bujang bermata bundar itu sudah tak punya siang dan tak punya malam, kecuali menjelang dini hari – saat tubuhnya terbaring dan bertemu mimpi yang segala sesuatunya berakhir sebelum dimulai”. Atau kutipan yang ini, “Ahmad Khatib adalah anak yang ganjil. Jalannya sepi tapi riuh di kepalanya”.Namanya juga novel biografi, sebagai karya fiksi maka sentuhan sastra adalah jiwa dari buku ini, dan sang tokoh sentral cerita Syekh Ahmad Khatib adalah roh dari sebuah karya yang penulisannya didukung riset ilmiah atau mendatangi langsung lokasi dari benang kisah yang diuntainya dengan kata-kata.

Menurut KJ untuk menulis naskah ini ia membaca buku dan sumber literasi tertulis sebanyak 16 naskah dari sebuah tokoh yang ia sebut “Burung Kelana”. KJ menyebutnya pada bagian dari judul “Burung Kelana itu Wafat” di halaman 257.“Syekh Ahmad Khatib al Minangkabawi telah mencatat bahwa Tuhan telah menundukkan dunia untuknya. Menjadi burung kelana yang terbang jauh dan hinggap di Mekkah. Tidak ada orang di zamannya yang bisa menandingi dalam cara menuntut ilmu dan meraih kedudukan tinggi di Mekkah”.

KJ mencatat dalam buku ini, Syekh Ahmad Khatib al Minangkabawi adalah ulama pertama dan terakhir dari Nusantara yang pernah menjadi imam besar Masjidil Haram pada masanya. Syekh Ahmad Khatib al Minangkabawi yang meninggal dunia di Mekkah dalam usia 56 tahun pada 9 Jumadil Awal/ 13 Maret 1916 juga menjadi guru dari para ulama-ulama besar pada masa lalu saat Indonesia masih pada masa kolonial.Tercatat diantaranya Haji Karim Amrullah yaitu ayah dari Buya Hamka, serta dua tokoh ulama pendiri ormas Islam terbesar di Indonesia saat ini, yaitu KH Ahmad Dahlan pendiri Muhammadiyah dan Syekh Hasyim Asy’ary pendiri Nahdlatul Ulama (NU).

Juga tercatat H Agus Salim pahlawan nasional yang juga bapak bangsa pernah menjadi murid dari Syekh Ahmad Khatib al Minangkabawi yang juga saudara sepupunya. Semua kisah tentang murid-muridnya yang kembali ke Nusantara atau Indonesia juga dirangkum KJ dalam novel birografi ini.Novel Biografi

Semua cerita atau sejarah adalah histori atau kisah seperti yang dinyatakan KJ pada awal tulisan ini adalah bagian dari novel biografi yang dirangkainya secara menarik dan layak dibaca. Selain memahami kisah dalam Syekh Ahmad Khatib al-Minangkabawi Guru Para Ulama dari Indonesia ada baiknya juga untuk mengenal dan tahu apa itu novel biografi, agar bisa membedakan dengan pelajaran sejarah yang kita terima di bangku sekolah?Apakah itu novel biografi? Jika yang ditanyakan apa itu novel maka stiap kita bisa dengan mudah menjawabnya. Demikian pula dengan pertanyaan apa itu biografi. Seorang peneliti Gerry van Klinken dalam “Aku yang Berjuang: Sebuah Sejarah Penulisan Tentang Diri Sendiri pada Masa Orde Baru” menemukan dari tahun 1950 sampai tahun 2000 ada sebanyak 2.629 buah buku biografi, otobiografi dan memoar yang ditulis dan diterbitkan.

Editor : Eriandi
Tag:
Bagikan

Berita Terkait
Terkini