Gerry van Klinken menemukan, bahwa sebagian besar biografi di Indonesia merupakan tulisan biografi dalam bentuk pesanan (authorized biographies) yang menimbulkan kesan penonjolan diri. Penulisan tokoh politik berada peringkat pertama dan penulisan tokoh agama menempati urutan kedua.Mengutip Louis M. Smith, “Metode Biografis” dalam Norman K. Denzin dan Yvonna S. Lincoln Handbook of Qualitative Reseach yang diterjemahkan Dariyatno, dkk (2009), biografi merupakan riwayat hidup tokoh yang ditulis oleh orang lain baik tokoh tersebut masih hidup atau sudah meninggal. Sedangkan riwayat hidup yang ditulis sendiri disebut otobiografi. Otobiografi lebih bersifat pengalaman nyata.
Sebelum novel biografi awalnya yang paling dikenal adalah novel. Dalam dunia akademis pengertian novel adalah karya fiksi prosa yang ditulis secara naratif dan biasanya berbentuk sebuah cerita. Novel berasal dari kata bahasa Italia “novella” yang artinya sebuah kisah sepotong berita.Dalam bahasa Indonesia novel kerap identik dengan roman yang memiliki alur cerita komplek. Panjang ceritanya puluhan ribu kata, ada yang menyebut sekitar 40.000 kata yang terbagi dalam beberapa bab atau bagian.
Sementara biografi dalam penulisan sang tokoh biasanya menggunakan bahasa ilmiah ada juga yang menggunakan ilmiah populer disebut sebagai karya non fiksi atau berbeda dengan novel yang masuk dalam rumpun karya fiksi. Sebuah karya biografi yang berbentuk novel yang kemudian disebut novel biografi dari sosok atau tokoh yang diceritakan menggunakan bahasa yang ringan dan santai ada yang menyebut bahasa sastra sehingga terciptalah suatu narasi atau alur cerita yang membuat pembaca antusias untuk membaca sampai akhir.Suci Kusmayanti dalam “Narasi Keteladanan Buya Hamka dalam Novel Ayah … Karya Irfan Hamka” (2015) menyebutkan novel atau novel biografi menceritakan sosok/ tokoh yang diceritakan tidak menggunakan bahasa ilmiah yang kaku. Bahkan sampai akhir cerita secara sengaja atau tidak, dengan penggunaan bahasa gaya novel dalam suatu biografi, terciptalah unsur sastra di dalamnya sehingga terbentuklah suatu karya tulis berupa novel biografi.
Buku Syekh Ahmad Khatib al-Minangkabawi bukanlah buku biografi, otobiografi atau memoar melainkan novel biografi, walau KJ adalah seorang wartawan dengan latar pendidikan sejarah pada saat menempuh pendidikan S1 di IKIP Padang (sekarang Universitas Negeri Padang) ia lebih menempatkan gaya penulisannya sebagai seorang wartawan atau jurnalis dengan menulis bergenre jurnalisme sastra.Menurut Anwar Efendi dalam “Nilai Karakter dalam Novel Biografi Hatta: Aku Datang Karena Sejarah Karya Sergius Sutanto” (2020), dalam khasanah perkembangan sastra Indonesia, biografi yang ditulis dalam bentuk novel (roman) sudah ada sejak lama. Salah satu penulis roman biografi adalah sastrawan HAMKA. HAMKA menulis biografi berjudul Ayahku yang berisikan kisah hidup ayahandanya, yaitu Haji Abdul Karim Amrullah dalam bentuk naratif (novel).
Kemudian ada novel atau roman biografi yang ditulis NH Dini, terkenal dengan cerita kenangannya: Sebuah Lorong di Kotaku, Padang Ilalang di Belakang Rumah, Langit dan Bumi Sahabat Kami, dan Sekayu. Juga muncul ada novel bigrafi fenomenal yang juga ditulis berdasarkan kisah hidup penulisnya, yaitu Laskar Pelangi oleh Andrea Hirata.Mengutip E Khofiyana, Suyitno, & K Saddhono dalam “Pengembangan Bahan Ajar Membaca Biografi di SMA Melalui Analisis Novel Biografi Sepatu Dahlan” (2013) novel biografi berisi fakta historis tentang perjalanan hidup seseorang yang disajikan dalam naratif imajinatif.
Harapannya, dengan membaca novel biografi, tidak hanya bertemu dengan kumpulan informasi berupa data dan fakta, tetapi memperoleh tawaran tawaran pemikiran alternatif dalam kerangka permasalahan kehidupan yang lebih luas. Ada juga yang menyatakan,novel biografi sebagai salah satu wujud karya sastra yang muncul karena kegelisahan individual.Novel biografi yang menampilkan sosok atau tokoh akan membawa pesan berbeda dibandingkan dengan narasi dalam bentuk sejarah yang bersifat faktual, juga didukung data-data otentik tentang sang tokoh.Selamat membaca Syekh Ahmad Khatib al-Minangkabawi, jika kelak ada produser yang akan mengangkat novel biografi ini ke layar lebar menjadi sebuah film adalah hal yang menarik, karena terjadi transformasi dari karya sastra atau fiksi seperti novel ke film dan ini adalah suatu yang sudah banyak dilakukan di Indonesia dan dunia.Ketika terjadi transformasi dari novel biografi atau novel ke film mungkin saja terjadi beberapa perubahan. Novel dan film sama-sama memiliki elemen utama yang sama, yaitu cerita. Namun adalam proses pengolahan cerita dari novel menjadi film akan berbeda karena medium utama penyampaiannya yang berbeda.
Novel menggunakan bahasa kata-kata sedang film menggunakan bahasa gambar. Kemudian faktor penceritaannya juga berbeda, jika novel relatif tak berbatas sedang film dibatasi oleh waktu atau durasi.Fenomena adaptasi novel menjadi film merupakan perubahan substansi dari wacana yang memunculkan istilah “ekranisasi.” Menurut kajian ilmiah, transformasi dari karya sastra ke bentuk film disebut ekranisasi. Ekranisasi dari bahasa Prancis, écran yang berarti “layar.” Ekranisasi adalah pelayar putihan atau pemindahan atau pengangkatan sebuah novel ke dalam film.
Sambil menanti film Syekh Ahmad Khatib al-Minangkabawi Guru Para Ulama dari Indonesia, sebelumnya akan didahului dengan penerbitan novel biografi ini dalam edisi bahasa Arab untuk mengisi ceruk kebutuhan buku sastra di negara jazirah Arab. (maspril aries)
Editor : Eriandi