Petani Jamur Tiram Limau Manis Kini Bisa Raup Rp500 Ribu Perhari

×

Petani Jamur Tiram Limau Manis Kini Bisa Raup Rp500 Ribu Perhari

Bagikan berita
Foto Petani Jamur Tiram Limau Manis Kini Bisa Raup Rp500 Ribu Perhari
Foto Petani Jamur Tiram Limau Manis Kini Bisa Raup Rp500 Ribu Perhari

PADANG - Ruang sempit seukuran 3x4 meter yang pengab, ruang itu sengaja dibiarkan lembab. Petani jamur tiram menyebutnya kumbung, atau rumah jamur.Ruang yang penuh dengan baglog (media tumbuh jamur tiram) berjejer vertikal. Hanya berdinding kayu, sekenanya. Sebagian bidang tampak berdinding bambu. Untuk budidaya jamur tiram memang tidak membutuhkan ruang besar.

"Memang sengaja dibuat seperti itu, kita harus menjaga udaranya tetap lembab, tapi jangan terlalu basah,"sebut Noli (44) warga Limau Manis, Kelurahan Limau Manih, Kecamatan Pauh pembudidaya jamur tiram, Senin (11/9/2023).Ruang tersebut menempel pada dinding belakang toko Noli. Rumah jamur ini adalah satu dari tiga kumbung yang dipunya Noli. Selebihnya berada terpisah dari rumah dan toko (Ruko).

"Sekarang sudah tidak banyak yang besar, baru dipanen pagi tadi. Itu yang kecil-kecil bisa panen besok pagi,"sebutnya menunjuk tunas-tunas kecil jamur yang menyembul dari baglog.Noli adalah salah satu warga pembudidaya jamur tiram di Limau Manih. Diperkirakan sudah ada seratus lebih warga Limau Manis yang menjadi pembudidaya jamur tersebut.

[caption id="attachment_170506" align="alignnone" width="1600"] Pengurus Forum Nagari Limau Manis, Desi Fitria pada kumbung jamur tiram bantuan CSR PT Semen Padang.(yose)[/caption]Noli memulai usaha tersebut sejak 2020 lalu, ketika jualan di tokonya sepi. Pandemi covid-19 sedang tingginya. Sejumlah kebijakan diterapkan pemerintah agar penyebaran covid-19 tidak meluas. Salah satunya membatasi ruang gerak warga.

Kondisi itu membuat pembeli ke tokonya juga terbatas, mahasiswa juga tidak kuliah. Kuliah secara daring. Toko Noli memang tidak begitu jauh dari Universitas Andalas.  Biasanya daerahnya ramai oleh mahasiswa Universitas Andalas. Saat itu tidak ramai lagi.Kondisi tersebut kontan membuat pendapatannya berkurang. Kondisi keuangan yang menurun, dia butuh pendapatan tambahan lain.

"Jualan saat itu sepi. Bahkan pendapatan saya dari toko hanya mencapai seperempat dari biasanya. Jadi saya harus berfikir bagaimana bisa menambah pendapatan, tapi tidak banyak interaksi dengan banyak orang,"sebutnya.Kemudian Noli mencoba usaha jamur tiram. Kebetulan sudah ada Kelompok Wanita Tani (KWT) yang menggeluti usaha jamur tiram di dekat rumahnya. Namanya, KWT Tabiang Mandiri. Dia memberanikan diri mencoba usaha itu, sembari mempelajari cara budidaya.

"Saya ditawari teman baglog sebanyak 1.000 buah. Kemudian saya terima, itu saya beli Rp5 juta,"ungkapnya.Mengawali dengan 1.000 baglog, Noli bisa mendapatkan penghasilan tambahan. Saat itu jamur tumbuh dengan baik, pembeli juga banyak.

"Akhirnya dari total 1.000 baglog itu, saya bisa mendapatkan total Rp10 juta dalam 4 bulan,"kenangnya.Sejak itu, Noli terus berlanjut menjadi petani jamur tiram. Jumlah kumbungnya juga bertambah. Dari satu kumbung kini menjadi 3 kumbung. Dari 3 kumbung itu diisi sebanyak 2.500 baglog.

Untuk mensiasati agar bisa panen setiap hari, Noli membedakan umur baglognya. Kini rata-rata hasil jamur Noli mencapai 10 kg perhari."Harganya cukup tinggi, kalau saya jual di rumah saja bisa Rp20 ribu per kg. Permintaan cukup tinggi, bahkan dirinya kesulitan memenuhi permintaan. Apalagi saya sekarang harus mengisi langganan 5 kg jamur setiap pagi,"katanya.

Diakuinya, dengan panen 5 sampai 10 kg tersebut sangat membantu perekonomiannya. Karena rata-rata bisa mendapatkan Rp200 ribu hingga Rp400 ribu perhari."Sekarang sedikit berkurang karena baglognya juga berkurang, biasanya rata-rata saya bisa dapat Rp400 ribu sampai Rp500 ribu per hari dengan sebanyak 3.000 baglog, lumayanlah,"ungkapnya.

Editor : Eriandi
Tag:
Bagikan

Berita Terkait
Terkini