//Biarlah derita iniKutangung sendiri
Karna diriku sudah tiada berartiTiada berarti//
Yang lalu biar berlaluLupakan saja semua.....//
Pria itu, dengan ringan dan enak membawakan lagu dangdut, “Air Tuba,” Mansyur S. Ia memakai batik, bertopi arab hitam, memegang mikrofon dengan kedua tangannya. Ada pemain organ dan gitar.Tiga lagu selesai sekali dayung olehnya. Malah masuk lagi keempat ketika saya sudah pamit pada tuan rumah, Selasa (3/10). Pergi baralek Muhammad Toriq, anak Indra Sakti dan Kartini yang menikahi dokter Riza Rigusta anak pasangan Gusrizal dan Risdawati.
Di Pariaman baralek memang bukan hari libur, tapi hari kerja, dengan maksud kawan sejawat dari kantor dengan gampang bisa datang semua. Bukankah baralek itu, yang dundang sanak saudara kawan-kawan dan handai tolan. Semua bekerja, jika tidak bekerja tentu mereka akan datang juga. Namanya saja undangan.Kami pun datang, saya, Widya Navies dan Aci Indrawadi. Di lokasi pesta, kompleks kantor bupati Padang Pariaman lama di Kota Pariaman, tampak marawa. Sejumlah pemain tambur sedang asyik dengan alat musik pukul itu. Di dalam, pelamaninan dominan warna enas, dengan meja ditata yang di atasnya ada lima serangkai lilin tirun yang menyala, sederat lima tangkai. Adadua deret sesuai meja yang ditata.
Tak ada orang tua pengantin mendapingi marapulai, sebab ia sibuk pula menerima tamu. Sementara itu musik terus dimainkan. Seorang tamu perempuan, berbaju kopi susu dengan tas kecil warna putih dipasang selempang di dada, naik ke pentas membawakan dua lagi. Yang terakhir lagu, Gambus, Ikan dalam Kolam:Jangan, jangan duluJanganlah digangguBiarkan saja biar duduk dengan tenang
Senyum, senyum duluSenyum dari jauh
Kalau dia senyum tandanya hatinya mauYang makan, makan juga, yang pergi ayunkan langkah. Yang datang langsung makan, sebab ini jam makan siang. Baralek di Pariaman, memang untuk hati yang riang. Dan, tak perlu berbaju batik, bersepatu hitam mengkilap. Pakaian kerja saja, sebab memang hari kerja. Artinya, pergi sajalah bersama kawan-kawan dari kantor. Karena itu tak perlu dandan semerbak dan genggam tangan suami istri. Tapi, bukan tak ada suami-istri. Pasti ada, namun mayoritas adalah undangan kawan sekantor dan kantor-kantor lainnya.
Dan, biasanya lebih meriah, sebab kawan sekantor akan datang berombongan dan pantangan pula tak bernyanyi. Lain pula sero-seronya baralek di Pariaman. Bahkan, ketika saya pergi baralek ke rumah seorang kepsek di Pariaman tempo hari, saya lihat kawan-kawannya berdendang ramai-ramai.Ayah rang pulai laki-laki, karena ini aleknya, sibuk menerima bahkan menemani tamu makan. Pada Senin, alek yang perempuan. Jadi sudah dua hari pengantin ini baralek. Besok, Rabu tentu mengurai lelah pula pengantin ini lagi. Setelah itu, bapaknya dehem ke dehem saja, namanya sudah berminantu. (kj)
Editor : Eriandi