JAKARTA - Dalam rangka turut memeriahkan World Sight Day (WSD) atau Hari Penglihatan Dunia yang diperingati tiap minggu kedua bulan Oktober, produsen lensa kacamata dari Jepang, HOYA Vision Care menggelar acara MiYOSMART Goes to School di SD Al Azhar Syifa Budi Cibubur.Hari Penglihatan Sedunia (WSD) bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya kesehatan mata dan menjalani pemeriksaan mata secara rutin sejak usia dini.
Salah satu masalah kesehatan mata yang sering dihadapi adalah gangguan refraksi lensa mata khususnya myopia atau rabun jauh. Karena itu, pemeriksaan dan edukasi menjaga kesehatan mata ini sangatlah penting.Myopia (rabun jauh) adalah kondisi mata yang menyebabkan objek yang letaknya dekat terlihat jelas sementara objek yang letaknya jauh terlihat kabur. Myopia atau rabun jauh di kenal juga dengan istilah mata minus.
Dodi Rukminto, Managing Director Hoya Lens Indonesia mengatakan bahwa acara MiYOSMART Goes To School di SD Al Azhar Syifa Budi Cibubur merupakan rangkaian kegiatan edukasi pentingnya kesehatan mata ke sekolah sekolah di berbagai lokasi dan kota.“Dalam program edukasi di SD Al Azhar Stifa Budi ini, kami bekerjasama dengan banyak pihak termasuk ARO Gapopin (akademi refraksi optisi), Laulima (organisasi yang bergerak di bidang kesehatan mata anak) dan JEC Cibubur,” kata Dodi di Jakarta, Selasa (17/10/2023)
Kegiatan MiYOSMART di SD Al Azhar Syifa Budi meliputi skrining mata untuk anak kelas 2 & 4 untuk mendeteksi kelainan refraksi pada anak di usia SD, Edukasi kesehatan mata oleh dokter spesialis mata anak, aktivitas mengerjakan printables untuk anak (mini competition), serta pemberian surat rekomendasi orangtua untuk melakukan pemeriksaan lanjutan di rumah sakit mata/klinik mata/maupun optik terdekat (khususnya bagi anak yang terdeteksi adanya kelainan refraksi)Kepala Sekolah - SD Al-Azhar Syifa Budi Cibubur Eko Sri Wijayanti (Ibu Wiwit) M.Pd mengatakan bahwa sekolah memutuskan untuk berpartisipasi dalam acara pemeriksaan mata ini mengamati intensitas penggunaan gadget oleh siswa selepas pandemi semakin tinggi sehingga ada kekhawatiran terhadap kondisi mata mereka.“Kami percaya bahwa pemeriksaan mata secara teratur dapat berdampak pada prestasi akademik dan kesejahteraan siswa secara keseluruhan karena dengan pemeriksaan mata secara teratur mampu memastikan mata dalam kondisi prima untuk menunjang pembelajaran, " katanya."Mata adalah alat sensori utama dalam proses pembelajaran, dengan pemeriksaan mata secara teratur pula kelainan pada mata dapat segera diidentifikasi, ditangani dan dicegah semakin parah kondisinya,” lanjut Eko Sri Wijayanti.
Dari hasil pemeriksaan mata di SD Al Azhar Syifa Budi, ditemukan bahwa tingkat keparahan rabun jauh sangat beragam dan berbeda-beda pada tiap penderita. Dodi mengungkapkan pihaknya menemukan 70 persen siswa-siswi kelas 2 dan 4 terdeteksi awal mengalami kelainan refraksi dan sebanyak 30 persen dari kelainan refraksi tersebut merupakan myopia (rabun jauh)."Sementara itu, 19 persen siswa siswi kelas 2 mengalami myopia dan 26 persen siswa siswi kelas 4 mengalami myopia. Sedangkan 20 persen siswa mengalami myopia sedang (≥-3.00 sd - 6.00D) dan 80 persen siswa mengalami myopia ringan (<3.00 D),” jelas Dodi. (Dd)
Editor : Eriandi