PADANG - Sejumlah balok kayu dengan tutup atap asbes bertebaran di pekarangan rumah warga, di Limau Manis Selatan, Kecamatan Pauh, Kota Padang. Di bawah seng itu adalah stup (sarang buatan) lebah galo-galo (madu kelulut).Stup tersebut didatangkan dari Kabupaten Sijunjung. Terbuat dari gelondongan balok kayu dengan diameter 25 hingga 30 sentimeter, kemudian dipotong-potong sepanjang 50 sentimeter, diletakan dengan posisi tegak dan bagian atasnya dipasang kotak berbentuk kubus yang terbuat dari papan.
Alas kotak tersebut menempel pada balok, dimana bagian atasnya ditutup dengan plastik transparan dan direkat dengan lem yang tidak berbau.Dari plastik itulah dapat dilihat aktivitas lebah galo-galo. Apakah sarangnya sudah besar atau belum. Begitu juga dengan kantong madunya sudah dibangun atau masih kubah semata.
Sarang lebah tersebut berada di tengah-tengah balok, dimana koloni membangun sarang di dalam balok yang kokoh. Sedangkan untuk ventilasi, ada dua lobang yang terhubung.Lobang pertama ada pintu lebah untuk keluar dan masuk. Sedangkan pintu kedua terhubung dengan kotak berukuran sekitar 30 x 30 sentimeter yang berada di bagian atas. Jika lebah mulai mengumpulkan madu, maka lebah akan meletakannya pada kotak kubus tersebut.
"Sekarang ada 40 stup yang kami kelola bersama," sebut Ketua Forum Rumah Pemberdayaan Masyarakat Limau Manis Selatan, Budi Syafrianto, Senin (4/12/2023).Saat ini, sebagian besar stup ditempatkan di sekitar rumah warga. Terutama di pekarangan dan kebun rumah Budi, selaku Ketua Forum Nagari Limau Manih Selatan.
Kotak-kotak itu tersandar pada sejumlah tanaman di pekarangan belakang rumah warga, ada juga di pekarangan depan dan sebagian lagi di kebun serta tebing kolam."Lebah ini juga menyukai daerah sekitarnya yang terdapat genangan air,"terang Budi.
Balok-balok kayu itu terlihat masih baru, potongannya rapi dengan gergaji. Tapi di dalamnya sudah ada satu koloni lebah galo-galo yang hidup membangun 'rumah'.Lebah berwarna hitam, seukuran lalat buah terlihat bolak-balik ke dalam kotak. Pintunya menjorok ke luar, terbuat dari getah tanaman yang dibawa oleh lebah pekerja."Kalau seperti ini warna dan pertumbuhan sarangnya, ini cukup bagus. Karena sudah membuat tabung-tabung madu yang akan diisi,"sebut Budi berteori.Benar saja, sarang lebah galo-galo berwarna coklat kehitaman. Namun terlihat lebih segar, tidak seperti sarang rayap yang kering dan kaku.
"Dari warna ini kita bisa melihat apakah pertumbuhannya bagus atau tidak. Kalau sudah menghitam pekat, sebagiannya berjamur memutih, kita potong saja sarangnya. Berarti pembangunan sarangnya kurang bagus,"ujarnya.Lebah tersebut juga memiliki kecenderungan berbeda. Ada yang membangun sarang kemudian membuat kantong madu. Sedangkan koloni lainnya membangun sarang lebih dulu untuk kemudian bertelur.
"Kalau lebih dulu membuat kantong madu, kita bisa panen lebih cepat. Tapi kalau bertelur lebih dulu, maka koloninya cepat bertambah. Makin banyak koloni, kemungkinan produksi madunya juga makin banyak,"ungkapnya.Forum Nagari Limau Manih Selatan menjadikan budidaya madu lebah galo-galo salah satu program unggulannya. Melibatkan sebanyak 20 keluarga. Jika berproduksi, akan sangat membantu perekonomian masyarakat.
"Untuk pasarnya sekarang masih banyak. Bahkan ada yang inden, jika diserahkan pada pengepul harga satu liternya mencapai Rp800 ribu," ujarnya.Koloni lebah yang dimiliki warga Limau Manih Selatan belum berproduksi. Bukan karena tidak ada madunya, tapi sengaja ditunggu waktu yang tepat. Agar hasilnya lebih maksimal.
Editor : Eriandi