BUKITTINGGI - Pemkab Agam dan Pemprov Sumbar harus bertindak cepat menuntaskan perbaikan/pembersihan material abu vulkanik di ruas jalan Bukik Batabuah - Lasi. Sebab, jalur ini adalah jalur strategis dan pilihan utama bagi pemudik untuk menghindari kemacetan."Sebagai wakil rakyat dari Agam dan Bukittinggi saya minta dinas terkait bertindak cepat memulihkan jalur ini. Ingat!!, saat ini sedang memasuki masa puncak arus mudik. Kalau itu tak teratasi maka ini akan menimbulkan masalah kemacetan yang tak terurai", ujar Anggota DPRD Sumbar Nofrizon Sabtu.
Menurut Nofrizon, Canduang-Lasi-Bukik Batabuah adalah jalur alternatif favorit bagi warga. Jalur ini menjadi solusi agar terhindar dari kemacetan pada ruas jalan Tanjung Alam-Biaro-Baso. Kini dengan adanya bencana maka arus lalu lintas terpaksa menumpu ke jalur utama Tanjung Alam-Biaro-Baso. Kalau berlarut penanganannya maka dipastikan ini akan menjadi masalah pada jalur utama tersebut."Ini sangat urgent, apalagi ini H-3 menuju lebaran. Warga yang ingin melintas dari Padang Panjang ke Payakumbuh atau sebaliknya termasuk dari Pekan Baru menjadi terkendala", ujar Nofrizon.
Lebih lanjut Nofrizon mengatakan, secara tupoksi ruas Jalan Bukit Batabuah-Lasi adalah Pemkab Agam. Status jalan adalah milik Pemkab Agam. Meskipun begitu Pemprov Sumbar juga harus turun tangan. Apalagi jalan ini menghubungkan antara Kabupaten Tanah Datar dan Agam. Ini koneksi dari Koto Baru Tanah Datar-Sungai Puar-Canduang-Baso-Tabek Patah."Dari pantauan saya di lapangan, pasca banjir kemarin ada perubahan pada permukaan jalan. Sebagian ruas terdapat gelombang. Ini bisa diatasi cepat dengan metoda Patching (tambal sulam). Sekali lagi, demi kelancaran arus mudik lebaran sebaiknya Pemprov turun tangan membantu percepatan perbaikan. Dimata saya ini urgent sekali dilakukan untuk mengantisipasi kemacetan, tukas Nofrizon.
Sementara itu pada kesempatan terpisah anggota DPRD Sumbar dari Dapil Agam dan Bukittinggi Rafdinal juga mengimbau agar Pemkab Agam dan Pemprov bahu membahu mempercepat penuntasan perbaikan dan pembersihan material lumpur dan pasir di ruas jalan tersebut."Jalur Baso-Canduang-Lasi-Bukik Batabuah-Sei Puar ini adalah jalur favorit. Hampir setiap tahun jalur ini menjadi pilihan pemudik. Tidak itu saja, long weekend pun jalur ini menjadi pilihan demi menghindari Macet di Padang Luar, Jambu Air, Kota Bukittinggi menuju Payakumbuh. Agar tak menimbulkan masalah baru sebaiknya Pemkab Agam dan Pemprov bertindak cepat melalui dinas terkait untuk melakukan recovery", ujar Rafdinal.Lebih lanjut Rafdinal juga mengungkapkan, dalam himpitan bencana seperti ini sebaiknya koordinasi antar Kabupaten dan Provinsi dimaksimalkan."Karena jalan ini berstatus jalan kabupaten maka itu menjadi domainnya Kabupaten. Meskipun begitu Pemprov juga bisa dilibatkan untuk turut bersama sama menuntaskannya. Artinya, kalau butuh bantuan segera minta bantuan provinsi. Jangan sampai kelancaran arus mudik dan arus balik lebaran Ied Fitri kali terganggu. Selain itu, jangan sampai pula bencana ini menjadi komoditas politik jelang Pilkada", tukas kader PKS dari Padang Lua, kabupaten Agam ini.
Seperti diwartakan sebelumnya, Jumat 5 April 2023 kemarin telah terjadi banjir lahar dingin dan menghantam ruas jalan Bukik Batabuah-Lasi. Selain melumpuhkan lalu lintas, hondohan lahar dingin ini juga merusak rumah warga, kendaraan dan belasan hektar sawah warga.Banjir ini berasal dari anak sungai yang berhulu ke Gunung Marapi. Sejarah juga mencatatkan anak sungai in puluhan tahun lalu juga merupakan bekas aliran Galodo Gunung Marapi. Jejak jejak bencananya juga masih bisa terlihat dengan banyaknya ditemukan batu batu ukuran besar di aliran sungai kecil tersebut.
Dari cerita warga, aliran anak sungai ini dimasa lalu cukup dalam walaupun bentangan lebar sungainya terbilang kecil. Namun semenjak 10 tahun belakangan mulai terjadi pendangkalan dan pendangkalan ini juga turut mengkontribusi banjir bah. Tegasnya, badan sungai yang kecil dan dangkal tak sanggup menampung debit air, lumpur debu vulkanik dan kayu yang terseret arus. Inilah yang menimbulkan banjir (Galodo) di ruas jalan provinsi tersebut. (r)
Editor : Eriandi