RIYADH - Ada pepatah minang berbunyi “Lauik sati, rantau batuah” (laut sakti rantau bertuah), yang mengandung pesan kepada perantau bahwa daerah rantau yang akan dituju pastilah berbeda dengan daerah asal, ada aturan yang mesti ditaati, pantangan yang tak boleh dilanggar dan keistimewaan yang mesti dihormati. Karena itulah perantau meski membekali diri dengan pengetahuan yang luas mengenai aturan hukum, aspek sosial, budaya bahkan adat istiadat yang berlaku di daerah itu tidak terkecuali di kota Riyadh Kerajaan Arab Saudi.
Pepatah ini jugalah yang mendasari beberapa perantau minangkabau Sumatera Barat yang merantau ke belahan dunia Kota Riyadh saling menjaga dan mengingatkan sesama karena Arab Saudi meskipun negara mayoritas orang beragama islam seperti minangkabau namun memiliki aturan hukum, kebudayaan, sosial dan adat istiadat yang berbeda sehingga perlu upaya menumbuhkan dan mengokohkan semangat kekeluargaan sesama perantau minangkabau.
Berdasarkan semangat kebersamaan saling menolong sesama saudara maka didirikanlah organisasi bernama “Minang Saiyo” di Kota Riyadh yang menghimpun berbagai lintas profesi, pendidikan, pekerjaan dengan keanggotaan didasarkan pada hubungan darah, kekeluargaan dan kekerabatan dengan ranah minang. Pada hari Rabu Tanggal 22 Mei 2024 keberadaan Minang Saiyo Resmi terdaftar sebagai salah satu organisasi kemasyarakatan di kedutaan besar republik indonesia di Riyadh setelah beberapa kali rapat sejak Tangal 8 Maret 2024 sampai finalisasi pada hari Selasa 21 Mei 2024.Organisasi kedaerahan yang bergerak di bidang adat, seni, budaya, pendidikan dan kewirausahaan, Minang Saiyo sepakat memilih secara demokratis Fariz Hermawan Lc Alumni Al Azhar yang sudah sekitar tujuh tahun di Riyadh sebagai ketua dan Okky Afrianto Lc Alumni Libiya yang sudah dua tahun menempuh megister di King Saud University dengan anggota sementara terdata sekitar 40 orang. Demi penyemangat dan berharap ada silaturahmi yang kuat dan saling membantu sesama perantau minangkabau di Arab Saudi khususnya sekitar kota riyadh maka beberapa pejabat KBRI Riyadh yang berdarah atau menjadi keluarga minangkabau seperti Mahendra pelaksana fungsi konsuler asli parabek bukittinggi, Endy Gafur pelaksana fungsi politik urang sumando koto gadang dan Erianto selaku atase hukum dari canduang yang hanya sementara berdinas di kota Riyadh bersedia untuk penasehat.
Salah seorang perantau minang bundo kanduang dituakan Uni Fitri yang berprofesi sebagai perawat sekitar 30 tahun di Arab Saudi sangat berterima kepada para perantau yang sudah berupaya membangkitkan kembali tali silaturrahmi antara sesama perantau minang dan semoga organisasi Minang Saiyo bisa jadi tempat saling “baiyo-iyo” bermusyawarah untuk saling menolong, saling mengingatkan dan bersama sama melakukan hal yang terbaik “saciok bak ayam sadanciang bak basi” untuk kepentingan bersama perantau dan kampung halaman hendaknya. Sementara Erianto didampingi Mahendra dari KBRI Riyadh yang biasa menghadapi PMI korban ekploitasi fisik, psikis bahkan seksual di Arab Saudi sangat berharap hal ini tidak terjadi bagi dunsanak dari minangkabau. “Dikampung mungkin kita tidak kenal karena beda kabupaten / kota tapi disini kita bersaudara dan bila ada yang kena musibah maka yang pertama menolong itu adalah dunsanak kita disini bukan yang dikampung halaman” pada saat diskusi virtual bersama para perantau dengan berbagai profesi. (*)