Relokasi Internal bagi Mereka yang Terancam Lahar Marapi, Penataan Nagari berbasis Mitigasi Bencana

×

Relokasi Internal bagi Mereka yang Terancam Lahar Marapi, Penataan Nagari berbasis Mitigasi Bencana

Bagikan berita
Relokasi Internal bagi Mereka yang Terancam Lahar Marapi, Penataan Nagari berbasis Mitigasi Bencana
Relokasi Internal bagi Mereka yang Terancam Lahar Marapi, Penataan Nagari berbasis Mitigasi Bencana

Namun, berkaca pada pengalaman penyintas gempa dan tsunami Mentawai; mereka direlokasi jauh dari pemukiman lama (12-15 km, dengan akses jalan kaki), yang otomatis jauh dari ruang hidup mereka; ada persoalan hak tenurial. Sehingga di kemudian hari ini menjadi persoalan. Mereka terutama kaum laki-laki kembali ke kampung lama untuk mencari penghidupan, dan kembali ke kampung baru (relokasi) sekali seminggu. Dan juga pengalaman masyarakat Tanjung Sani, pinggiran Danau Maninjau yang rentan longsor; enggan untuk ditransmigrasikan ke Solok Selatan dan Dharmasraya.

Mengacu hal ini, Patahan Sumatra Institute (PSI), kemarin, menaja ruang diskusi, gelanggang silang gagasan, lalu merajutnya menjadi formula terbaik untuk wacana relokasi penyintas galodo Gunung Marapi, sekaligus penataan ulang kawasan Gunung Marapi berbasis risiko banjir lahar atau pun imbas erupsi Marapi lainnya.

Salah seorang pendiri Patahan Sumatra Institute yang juga ahli geologi berdomisili di Sumatra Barat, Ade Edward mengatakan, Gunung Marapi masih berstatus Siaga (level III) dengan ancaman erupsi dan banjir lahar yang dapat kembali terulang pada 23 alur sungai yang berhulu di puncak gunung.

Ade mengungkapkan bahwa berdasarkan hasil pemetaan dan simulasi permodelan yang dilakukan oleh PVMBG Badan Geologi-Kemen ESDM pada Januari 2024, Peta Kawasan Rawan Bencana (KRB) Gunung Marapi masih menunjukkan banyak pemukiman rumah masyarakat yang berada di dalam kawasan rawan bencana banjir lahar.

"Hal ini tentunya perlu menjadi perhatian semua pihak untuk melakukan upaya antisipasi dan mengurangi risiko bencana banjir lahar dan erupsi Gunung Marapi," tegas Ade yang menjabat Direktur Eksekutif Patahan Sumatra Institute (PSI).

Salah satu upaya yang diusulkan Ade untuk meminimalisir timbulnya korban adalah dengan melakukan pemindahan pemukiman dari daerah rawan banjir lahar ke daerah yang lebih aman.

"Upaya ini perlu dilakukan dengan segera, karena bencana bisa kapan saja terjadi," jelas Ade.

Untuk mendukung upaya ini, Patahan Sumatra Institute menginisiasi pertemuan 20 orang ahli, akademisi, praktisi, aktivis, dan penggiat terkait dalam kegiatan Brainstorming dengan tema Konsep Resettlement Pemukiman Rawan Banjir Lahar pada tanggal 2 Juni 2024 di Hotel Truntum Padang.

Antara lain, Prof. Syafrudin Karimi; Prof. Elfindri; Prof. Bujang Rusman; Prof. Isril Berd; Prof. Afrizal; Prof. Kurniawarman; Prof. Irfan Suliyansyah; Prof. Rudi Febriamansyah; Khairul Jasmi; Ir. Djoni; Fadli Irsyad (Ph.D); Khalid Syaifullah; Hendra Makmur; Zukri Saad; Dr. Osronita; Ramdalel Bgd Ibrahim; Dr. Yudi Antomi; Wengki Purwanto; Yefri Heriani; Dr. Jamilah. Adapun pemantik diskusi, dilakoni oleh Ade Edward.

Kegiatan yang didukung PT Semen Padang ini, menghasilkan beberapa pokok pikiran rekomendasi dalam pemindahan pemukiman di daerah rawan banjir lahar melalui upaya penataan kawasan Nagari berbasis mitigasi bencana.

Editor : Rahmat
Bagikan

Berita Terkait
Terkini