Erupsi Marapi dan Wisata Mendaki Gunung di Sumatera Barat Awal Abad ke-20

×

Erupsi Marapi dan Wisata Mendaki Gunung di Sumatera Barat Awal Abad ke-20

Bagikan berita
Erupsi Marapi dan Wisata Mendaki Gunung di Sumatera Barat Awal Abad ke-20
Erupsi Marapi dan Wisata Mendaki Gunung di Sumatera Barat Awal Abad ke-20

Wisata mendaki gunung bisa dilakukan oleh wisatawan lelaki dan perempuan. Westenenk dan sejumlah pejabat pemerintah Afdeeling Agam misalnya membawa para istri mereka saat mendaki Gunung Marapi.

Pendaki gunung umumnya wisatawan asing. Di samping orang Belanda juga ada orang Jerman, Inggris, Amerika, Perancis dan lain sebagainya.

Perjalanan pendakian umumnya diawali dari Fort de Kock menuju Koto Baru dengan kereta api. Bagi wisatawan yang meminta jasa Kepala Laras Sungai Puar, maka dari Koto Baru mereka menuju rumah sang Angku Lareh terlebih dahulu.

Baik wisatawan ‘Tuanku Lareh’ atau wisatawan ‘mandiri’ biasanya memulai pendakian sekitar pukul 3 sore. Ketika senja tiba para pendaki akan sampai di ‘Pesanggrahan’, yang dulu dinamakan ‘Pagolek’an’ pada ketinggian sekitar 1.500 meter dpl. Di sini para pendaki dan rombongan bermalam dan istirahat (tidur). Nama Pagolek’an diduga berasal dari kata ‘bagolek’ dalam bahasa Minangkabau yang berarti tidur.

Esok pagi sekitar pukul 5 pagi perjalanan dilanjutkan. Jika berangkat lebih lambat, sering kali puncak gunung tertutup awan. Dari Pagolek’an perjalanan mulai ‘terasa’. Jalan langsung menanjak dan terjal dan menjadi semakin terjal di bagian hutan. Tantangan menarik yang cukup berat selanjutnya adalah pada ruas pendakian terakhir, yakni melawan dinding kawah yang dipenuhi dengan batu dan abu vulkanik. Biasanya setelah berjalan sekitar 2 sampai 2,5 jam para pendaki akan sampai di puncak. Di pucak ini adanya fumarol, kepundan yang mengeluarkan uap dan asap, di mana para pendaki bisa menghangatkan badan dari serangan dingin ketinggian. Disebutkan bahawa kepundan ini memilik diameter 200 meter dengan kedalaman 60 meter dan di dalamnya ada tiga kawah.

Di samping kepundan dan kawah-kawahnya, pesona puncak Marapi juga dilengkapi dengan adanya Puncak Parapatih (Perpatih), puncak teringgi di tepi kawah yang hanya cukup untuk empat orang.

Sensasi lain dari puncak Marapi adalah panorama indah yang mengagumkan, seperti terlihatnya Danau Singkarak, Puncak Gunung Kerinci, hamparan kawasan Tanah Datar, dlsbnya. Dalam perjalanan turun akan kelihatan Kota Padanganjang, danau-danau di sekitar Koto Baru, dan tentu saja dataran tinggi Agam.

Uang tip untuk jasa pemandu dan pembawa barang sebesar f.1,50 per orang dan uang menginap di pesanggrahan f.1,-

Di samping Marapi, ada juga banyak wisatawan yang melakukan pendakian Gunung Singalang. Titik pendakian Singgalang dimulai dari Koto Tuo. Diinformasikan bahwa para pendaki umumnya menggunakan bendi (dan kemudian mobil) dari Fort de Kock menuju nagari tersebut.

Pada tahun 1909 dibangun sebuah pondok (rumah pemberhentian) pada ruas pendakian yang paling terjal, pada’track’ pendakian Singgalang ini. Selanjutnya, para pendaki disarankan memulai pendakian dari pondok pukul 6 pagi dan sekitar pukul 11 akan sampai di puncak.

Editor : Eriandi
Bagikan

Berita Terkait
Terkini