Erupsi Marapi dan Wisata Mendaki Gunung di Sumatera Barat Awal Abad ke-20

×

Erupsi Marapi dan Wisata Mendaki Gunung di Sumatera Barat Awal Abad ke-20

Bagikan berita
Erupsi Marapi dan Wisata Mendaki Gunung di Sumatera Barat Awal Abad ke-20
Erupsi Marapi dan Wisata Mendaki Gunung di Sumatera Barat Awal Abad ke-20

Pendakian Singgalang sama beratnya dengan pendakian Marapi. Namun dalam perjalanan para pendaki akan disuguhi oleh pesona pepohonan, anggrek dan lumut yang luar biasa indahnya.

Kelelahan para pendaki juga akan terobati setelah sampai di puncak oleh suguhan kolam (telaga) dengan diameter sekitar 200 meter yang damai, tenang, dikelilingi oleh pohon-pohon dengan lumut hijau muda yang panjang, lembut berkibar di angin dingin dan lembab.

Para pendaki sangat disarankan bermalam di puncak Singgalang, di suatu lokasi yang dinamakan Tonggak Pilar. Puncak Singgalang berada pada ketinggian 2890 meter dpl, 200 meter lebih tinggi dari Marapi.

Dari puncak Singgalang bisa pemandangan yang indah seperti Danau Maninjau dan kawasan kawasan sekitar Agam Tuo.

Wisata mendaki Gunung Singgalang akan lebih menarik karena adanya legende tentang gunung itu.

Menurut cerita rakyat, Gunung Marapi dan Gunung Pasaman (atau Ophir) pernah bertarung memperebutkan ‘perawan’ Gunung Singgalang. Pertempuran tersebut menyebabkan seluruh negeri terbakar oleh api dan ditutupi lava. Akhir pertarungan itu ditandai dengan kemenangan Gunung Marapi sehingga Marapi bersanding dengan Singgalang bagaikan sepasang ‘pengantin’.

Menurut cerita rakyat, Gunung Singgalang belum pernah meletus, sesuatu yang disukai oleh orang Belanda. Sebab, lagi-lagi menurut penduduk setempat, bila Singgalang (dan Marapi) meletus bersamaan, maka itu berarti akhir kekuasaan Belanda di negeri ini. ‘Belanda tidak menginginkan itu’, kata Westenenk dalam bukunya.

Erupsi gunung Marapi dan Singgalang serta wisata mendaki gunung diperpolitisasi juga oleh Urang Awak tempo doeloe kiranya.

Editor : Eriandi
Bagikan

Berita Terkait
Terkini