Putusnya akses utama ini, benar-benar membuat urat nadi ekonomi Sumatra Barat terganggu. Galodo kala itu, juga menerjang Kota Serambi Mekah, Padang Panjang. Banyak korban berjatuhan, rumah dan tempat usaha hancur. Air mata warga tumpah bersama derasnya air lahar dingin yang menghancurkan pemukiman mereka. Maka tatkala bantuan datang, mereka para korban berterima kasih, termasuk kepada personel TNI AU yang tak pernah absen membantu pada setiap bencana yang melanda Sumatra Barat. Sebelum galodo melanda tiga daerah di kaki Gunung Marapi, banjir dan longsor juga melanda Kabupaten Pesisir Selatan, daerah paling selatan Sumatra Barat. Banyak pula korban yang berjatuhan. "Saat itu, kami membantu evakuasi dan mengirimkan logistik," kata Ps. Kepala Urusan Perpustakaan dan Sejarah (Kaurpusrah) Lanud Sutan Sjahrir, Letda Sus Rando Bintoro, S.Ikom. Bersama-sama jajaran terkait dibawah komando langsung Danlanud, para personil TNI AU yang biasa mengudara di angkasa ikut merasakan duka warga dan membantu meringankannya. "Alhamdullilah, kami merasa terbantu dengan adanya bapak-bapak tentara," kata Rusdi, seorang warga di Tanah Datar. Di bencana banjir lahar dingin, selain turun langsung, jajaran Lanud Sutan Sjahrir juga mendirikan Posko Taktis Kebencanaan Kesiapsiagaan Operasional di Crew Room Basesops Lanud SUT. Posko dibuat pada Selasa (14/5/2024) atau tiga hari pascabencana banjir bandang lahar dingin. Keberadaan posko itu kata Danlanud tak hanya memudahkan operasional saat mendukung kegiatan SAR atau dukungan penanggulangan bencana alam, tapi juga memastikan kesiapsiagaan personel, peralatan, dan perlengkapan.
Editor :
yuni
