Oleh Gusti Asnan
Dept. Ilmu Sejarah, FIB-Unand Padang
Pada awal abad ke-20 para pendaki Gunung Marapi sangat disarankan untuk melapor terlebih dahulu kepada Tuanku Laras Sungai Puar (Sulaiman Dt. Tumanggung). Tujuannya untuk mendapatkan pemandu, pembantu mengangkat barang, mengatur makanan (perbekalan selama pendakian), menyiapkan penginapan, dlsbnya. “Kewajiban’ melapor itu mengindikasikan bahwa beliau menjadi salah satu sosok yang penting dalam lalu-lintas para pendaki.
Setidaknya ada empat latarbelakang yang membuat sosok Angku Lareh ini menjadi penting: pertama, salah satu titik awal pendakian Marapi saat itu berada di wilayah kekuasaannya; kedua, sejak akhir abad ke-19 Sang Angku Lareh adalah sosok yang cukup populer dikalangan orang Barat. Namanya, bahkan fotonya, sering tampil dalam buku etnografi, album foto, buku panduan wisata, dantravelogues; ketiga, Sang Angku Lareh adalahvriendelijke ambtenaar(pejabat yang bersahabat) dengan tamu atau wisatawan; keempat, ada ikatan historis antara sang Tuanku Laras dengan kegiatan pendakian Marapi. Beliau adalah sosok yang ikut-serta dan berperan besar dalam mempersiapkan atau meningkatkan kualitas jalan (track) pendakian.
Tiga latar belakang yang disebut pertama sering ditemukan berbagai tulisan. Peran keempat, setakat ini hampir tidak diketahui masyarakat luas. Belum pernah disajikan, baik dalam literatur yang berkenaan dengan kehidupan Sang Angku Lareh atau sejarah pendakian Marapi.
Untuk mengisi kekosongan informasi tersebutlah, pada kesempatan ini disajikan kisah tentang peran Sang Tuanku Laras dalam pembuatantrackpendakian Marapi. Bahan untuk tulisan ini diambil dari surat yang beliau tulis dan ditujukan kepada Gubernur Jenderal Hindia Belanda. Bahan ini adalah salah satu ‘fatsal’ pengaduan beliau kepada Gubernur Jenderal dalam kaitan seteru beliau dengan L.C. Westenenk,Controleur Oud Agamsaat itu.L.C. Westenenk sendiri adalah juga sesosokambtenaarBelanda yang cukup gigih mempromosikan dunia wisata Sumatera Barat, sehingga penulis juluki sebagai Bapak Pariwisata Sumatera Barat Zaman Belanda. Namun, dalam proses pembuatantrackpendakian Marapi dan pendakian yang dilakukan oleh Westenenk beserta rombongannya, ada pengalaman yang kurang menyenangkan yang dialami Tuanku Laras Sungai Puar dengan sang Kontrelur Agam Tua ini. Untuk itu pulalah judul tulisan kali menyertakan nama sang kontrelur.
Untuk tidak mengurangi pesan, kesan dan suasana hati Tuanku Lareh, serta jiwa zaman saat surat itu ditulis, maka surat tersebut disajikan sebagaimana adanya.
Surat Sang Tuanku Laras dibuat di Sungai Puar tertanggal 17 Juli 1907. Pada bagian pembuka ditulis:‘Bahoewa dengan segala hormat mengadab di bawah tapakan seri padoeka jang dipertoean Basjar Gouverneur Gendraal jang bertachta kerdjaan mengoeasai tanah India Nederland, terhormat di Bogor daroesalam adanja.
Editor : Eriandi