KISAH TUANKU LARAS SUNGAI PUAR; Pembuatan Track Pendakian Marapi dan Toean Westenenk

×

KISAH TUANKU LARAS SUNGAI PUAR; Pembuatan Track Pendakian Marapi dan Toean Westenenk

Bagikan berita
KISAH TUANKU LARAS SUNGAI PUAR; Pembuatan Track Pendakian Marapi dan Toean Westenenk
KISAH TUANKU LARAS SUNGAI PUAR; Pembuatan Track Pendakian Marapi dan Toean Westenenk

Beresok pagi2 poekoel lima berangkat ka puntjak goenoeng. Ada toeroet orang rodi kira2 60 orang. Itoe tiada toeroet semoeanja naik tandoe ada jang djalan kaki ada jang bertandoe sebab amat soesah tjoema sapardoea njonja2 pakai tandoe tatapi dengan soesah orang2 manarik njonja2 dengan tali jang berikat sama sepotong kajoe jang terikat di badan njanja2 dan kembalinja begitoe djoega.

Sesampai kembalinja toean Westenenk tanja sama perhamba, berapa misti di kasi parsen orang jang toeroet tolong. Perhamba menjahoet itoe timbangan toean sendiri. Toean Westenenk bilang 25 cent satoe orang. Saja kira sampai nanti kalau sampai di Boekit Tinggi kita kirim boeat 50 orang. Perhamba mendjawab baiklah.

Tetapi kemoedian perhamba tidak terima satu sen sampai sekarang beloem di bajar. Tentoe toean Westenenk tiada loepa hal itoe.

Di belakang itoe orang2 koeli itoe mengomel dan perhamba djoega bilang sama koeli2 itoe apa boeleh boeat, tetapi koerang pantas omongan perhamba itoe roepanja. Orang kasih sampai perkataan itoe sama toean Westenenk. Sesudah itoe perhamba soedah dapat moeka asam sadja oleh toean Westenenk…”

Demikian isi surat Tuanku Laras Sungai Puar tantang proses pembuatantrackpendakian Marapi, pengalamannya saat Westenenk dan rombongannya mendaki Marapi, serta pengalamannya setelah pendakian usai.

Dari kisah Sang Tuanku Lareh kita bisa tahu bahwa ada pengorbanan yang cukup besar dari Sang Tuanku dan anak nagari Sungai Puar dalam pembuatantrackpendakian itu. Dan khusus untuk sang Tuanku Lareh, pengorbanan beliau ditambah lagi dengan perlakuan yang tidak menyenangkan (tidak diacuhkan, dikesampingkan dalam pergaulan sesama pejabat dan ‘dimusuhi’) oleh Westenenk.

Tanpa melihat plus-minus Tuanku Laras sebagai amtenar Belanda, untuk mengenang jasanya dan jasa anak nagari Sungai Puar ada baiknya Dinas Pariwisata Agam atau aktivis pendakian Marapi menamakan jalur pendakian Marapi tempo doeloe itu dengan ‘Jalur Tuanku Lareh Sungai Puar’ atau ‘Jalur Sungai Puar’. Walaupun jalur itu dewasa ini tidak lagi lazim ditempuh, setidaknya penamaan ini diberikan untuk kepentingan (branding) pariwisata. Siapa tahu ada pihak yang ingin menghidupkan jalur itu lagi, apalagi jalur tersebut dikatakan sebagai ‘jalur berat’ dan membangkitkan adrenalin para pendaki. (***)

Editor : Eriandi
Bagikan

Berita Terkait
Terkini