Menurut dia di majelis-majelis taklim tersebut diajarkan ayat dan hadits mengenai keutamaan kurban, mulai dari pahala dan manfaatnya. "Amalan yang mengalahkan jihad dan paling dicintai Allah pada 10 Zulhijah atau Idul Adha, adalah menyembelih kurban karena takwa," katanya.
Sekretaris DPW LDII Sumbar, HM Abdillah mengatakan sangat bersyukur karena di hari raya Idul Adha ini, LDII berhasil berqurban sebanyak 176 ekor sapi dan 38 ekor kambing dengan nilai mencapai Rp2,7 miliar.
"Kami juga menyalurkan satu ekor sapi disalurkan khusus kepada warga terdampak bencana galodo ini,” kata dia.
Menurut dia ketakwaan menjadi dasar kesalehan individu untuk melaksanakan kurban dan dari ketakwaan itu mendorong warga menabung."Mereka meskipun kekurangan tidak berharap daging untuk keperluan pribadi, namun berbagi dengan tetangga atau siapapun,” paparnya.
Dari berbagi itulah semua orang diharapkan berbahagia pada Idul Adha, “Tidak benar, ibadah kurban hanya untuk yang kaya saja. Mereka yang tidak mampu atas dasar takwa, bisa juga berkurban. Semua ini untuk ibadah kepada Allah dan berbuat baik kepada sesama manusia,” tuturnya.
Kesalehan sosial ini pada akhirnya, membangun rasa kebersamaan. Umat Islam tidak lagi memandang ormas, apalagi suku dan budaya,
"Ukhuwah basariyah menjadi semakin kuat, dan ini menjadi modal sosial umat Islam dalam membangun bangsa dan negara,” kata dia.Selain itu kurban juga mendorong perputaran ekonomi. Menurutnya peternak dan petani itu sama, mereka memproduksi komoditas sejak bibit. Saat melepasnya ketika layak dijual, di situlah pendapatan mereka terakumulasi.
“Mereka bisa menabung, membeli anakan dan memeliharanya. Sisa uang mereka gunakan untuk kebutuhan sehari-hari atau bahkan membiayai sekolah anak-anak mereka. Makin banyak yang berkurban, makin meningkat kesejahteraan peternak dan keluarganya,” lanjutnya.
Selain menyerahkan hewan kurban, lanjutnya sebagian pengurus turut hadir dan membantu proses penyembelihan sebagai wujud kesetiakawanan sosial warga LDII kepada masyarakat terdampak bencana di wilayah Tanah Datar ini.
Editor : Bambang Sulistyo