“Saya berseberangan dengan ayahmu soal idelogi, soal akidah tidak,” kata guru ngaji Hamka ini. Terbukti kemudian ketika sudah di Koto Laweh, ia terus memberikan pengajian dan bahkan meninggal dunia saat sedang menunaikan Shalat Taraweh.
Sebenarnya bukan itu yang menarik melainkan penelitian mendalam bertahun-tahun, sendirian, serius dan fokus yang diadakan Fikrul Hanif Sufyan. Bukan itu juga tapi keberanian intelektualnya untuk meriset dan menulis buku berat ini.
Buku dengan sampul depan sebuah lentara atau lampu cimporong ini, sudah langsung berbicara. Dan kian berbobot karena ada pengantar dari Taufik Abdullah, Paul Tickell dari Australua, Suryadi dari Leiden dan Williab Brandley Horton dari Tokyo. Semua dari univeritas terkemuka. Kalau Taufik Abdullah lebih terkemuka pula dari univeritas.
Buku ini pantas dimiliki para peneliti Minangkabau, apalagi daerah ini, seperti sumur penelitian. Tak habis-habisnya.Dan tokoh utama dalam buku ini, kembali pulang dan putar arah, “kembali ke jalan yang benar”. Datuk Batuah sempat menjadi anggota KNIP seusai kemerdekaan bersama Djamil Djambek, Sjahrir dan Rasuna Said. (*)
Editor : Bambang Sulistyo