Alahan Panjang dan Sekitarnya, The Magnificent And Very Beautiful Scenery In The South

×

Alahan Panjang dan Sekitarnya, The Magnificent And Very Beautiful Scenery In The South

Bagikan berita
Alahan Panjang
Alahan Panjang

Buku Reisgids voor Nederlandsch-Indië karya J.F. van Bemmelen dan G.B. Hooyer adalah buku panduan wisata yang pertama yang menyebut Alahan Panjang dan daerah sekitarnya (khususnya Danau Di Atas dan Danau Di Bawah). Dalam buku yang diterbitkan pertama kali tahun 1896 itu Alahan Panjang serta Danau Di Atas dan Danau Di Bawah hanya sekedar disebut atau diperkenalkan kepada para pembaca. Bahkan dikatakan objek-objek wisata itu berada jauh di pedalaman, dan bila ingin berkunjung ke sana, diperlukan persiapan yang lebih matang. Di bagian akhir alinia narasi tentang Alahan Panjang dan kawasan sekitarnya ini, Bemmelen menegaskan ‘…dan daerah itu tidak termasuk dalam kawasan yang dicakup dalam buku panduan ini’.

Sekitar satu dasawarsa kemudian mulai terjadi perubahan. Alahan Panjang dan kawasan sekitarnya tidak hanya sekedar disebut, tetapi telah dipromosikan sebagai kawasan ‘yang memiliki keindahan alam yang luar biasa’. Kesan ini dikemukakan oleh L.C. Westenenk dalam bukunya Acht Dagen in de Padangsche Bovenlanden (1909). Walaupun demikian, diakhir narasinya, Westenenk masih mengatakan bahwa Alahan Panjang dan kawasan sekitarnya berlokasi di kawasan yang terpencil sehingga sangat jarang dikunjungi oleh wisatawan.

Perubahan mulai terjadi pada parohan pertama dekade kedua abad ke-20. Saat itu, mulai ada rayuan bagi wisatawan untuk berkunjung ke Alahan Panjang dan kawasan sekitarnya. Dalam bukunya A Fourteen Days Trip in the Padang Highlands L.C. Westenenk merayu wisatawan yang memiliki cukup waktu agar mengunjungi objek-objek wisata yang indah tersebut. Westenenk tetap menyebut Alahan Panjang dan daerah sekitarnya sebagai kawasan ‘yang memiliki keindahan alam yang luar biasa’.

Pada dekade kedua daya tarik Alahan Panjang dan kawasan sekitarnya juga ditambah dengan narasi tentang banyaknya objek wisata buatan (budaya tangible) yang ada di kawasan itu. J. Paulus (1917) menyebut bahwa objek wisata yang dimaksud adalah “…adanya banyak ‘rumah lama’ (rumah adat) yang kaya dengan ukiran yang mencengangkan dan berwarna-warni, serta adanya jembatan beratap dan balai adat yang megah”.

Memasuki dekade ketiga rayuan untuk wisatawan juga dilengkapi dengan adanya pasanggarahan di daerah itu. Dalam buku Pasanggrahan in Nederlands-Indië (1929-1930) dikatakan ada satu pasanggrahan di Alahan Panjang dan tiga di daerah sekitarnya (Aia Busuak, Kubang nan Duo, dan Simiso). Namun, karena kebijakan pemerintah, tahun 1929-1930 pasanggrahan di Aia Busuak dan Simiso sedang tidak difungsikan.

Minimnya prasarana transportasi adalah alasan utama mengapa Alahan Panjang dan kawasan sekitarnya kurang dipromosikan pada tahun-tahun permulaan pengembangan Sumatera Barat menjadi daerah tujuan wisata. Laporan pemerintahan pada dekade pertama abad ke-20 menyebut bahwa kondisi jalan dari Solok menuju Alahan Panjang memang ‘memprihatinkan. Akses jalan yang dimaksud adalah ruas jalan dari Solok melalui Muaro Paneh, Koto Anau, dan Bukik Sileh hingga Alahan Panjang.

Perubahan kualitas jalan mulai terjadi sejak parohan terakhir dekade kedua dan tahun-tahun permulan dasawarsa ketiga. Di samping adanya upaya peningkatan kondisi jalan Solok-Alahan Panjang via Muaro Paneh dan Koto Anau, perubahan yang paling penting adalah adanya upaya pemerintah meningkatkan mutu jalan antara Lubuk Selasih menuju Alahan Panjang, sebagai bagian dari peningkatan mutu jalan Padang-Lubuk Selasih-Muara Labuh hingga Kerinci.

Peningkatakan mutu jalan ke Alahan Panjang juga bersamaan waktunya dengan gencar-gencarya introduksi mobil di Sumatera Barat.

Seiring dengan semakin baiknya prasarana dan sarana transportasi, serta semakin baiknya fasilitas pariwisata di Alahan Panjang (dan daerah sekitarnya), jumlah kunjungan wisatawan semakin banyak ke daerah itu. Perhimpunan Pariwisata Hindia (Vereeniging voor Touristen Verkeer/VTV) telah menjadikan Alahan Panjang sebagai destinasi yang dikunjungi pada hari kedua dari delapan hari paket wisata yang ditawarkannya kepada wisatawan yang mengunjungi Sumatera Barat. Di samping menyaksikan keindahan dua danau, VTV juga menawarkan makan siang yang enak dan pasti mengesankan di pasanggrahan. Juga dipromosikan adanya pemandian khusus untuk orang (turis) Eropa di sana.

Puncak kejayaan pariwisata Alahan Panjang pada awal abad ke-20 adalah kunjungan Gubernur Jenderal Hindia Belanda Aldius Tjarda van Starkenborgh Stachouwer beserta istri dan rombongannya ke Alahan Panjang tanggal 9 Oktober 1936. Kalau sudah Gubernur Jenderal, penguasa tertinggi di Hindia Belanda, yang berkunjung, bisa dipastikan bahwa Alahan Panjang sudah menjadi destinasi wisata utama dan layak dikunjungi wisatawan. (***)

Editor : Eriandi
Bagikan

Berita Terkait
Terkini