Sedangkan, tumbuhnya belanja negara sebesar 23,42 persen karena terjadinya kenaikan pada belanja pemerintah pusat dan transfer ke daerah. "Belanja Transfer ke Daerah atau TKD sampai 31 Mei 2025 mencapai Rp8,33 triliun atau telah mencapai 40,14 persen dari alokasi pagu pada APBN 2024," rincinya.
Walau begitu, katanya, kinerja APBN hingga Mei 2024 itu, masih "on track". Hanya saja, tetap diperlukan respon dan waspada terhadap kemungkinan adanya "adjustment" dengan kondisi perekonomian global. Apalagi, ketegangan geopolitik yang terus berlanjut berpotensi menciptakan resiko perlambatan ekonomi global. "Jadi kita perlu tetap mewaspadai resiko perlambatan ekonomi global, karena bisa berdampak pada perekonomian domestik," katanya.
Syukriah yang didampingi Kepala Bea Cukai, Kakanwil Direktorat Jenderal Pajak Sumbar dan Jambi, dan lainnya menekankan, APBN terus dioptimalkan dalam mendukung stabilitas harga dan menjaga daya beli masyarakat.Tapi dia tetap merekomendasikan agar dilakukan penguatan peran Regional Chief Economic dalam mendukung efektivitas fiskal terhadap perekonomian. Kemudian melakukan percepatan realisasi belanja secara optimal guna menjaga data beli masyarakat. Melakukan perluasan akses pembiayaan dan peningkatan inklusi keuangan daerah, khususnya daerah tertinggal. Terus melakukan penggalian sumber pendanaan lainnya, seperti penerbitan obligasi daerah.
Editor : yuni