PADANG -Ichalago dari Komunitas Selingkuh Bumi asal Jambi tampil memukau di Festival Nan Jombang Tanggal 3 (FNJT3), Senin (3/6) di Ladang Tari Nan Jombang, Balai Baru, Kuranji.
Dengan sebuah penampilan tari kontemporer berjudul "BA A DUT", Ichalago mula-mula hadir seorang diri, berkemeja putih celana pendek, dan berjalan di depan panggung sambil menenteng koper.
Kemudian dia seperti berinteraksi dengan penonton, bicara soal budaya pendusta yang masih sering terjadi di tengah masyarakat ataupun di dalam sebuah keluarga. Ada yang tertawa, ada yang terdiam dengan orasi si pemain soal dusta yang hampir jadi budaya bagi sebagian masyarakat.
Dari yang terlihat seperti lenong di awal pertunjukannya, kemudian pertunjukan inti "BA A DUT" dimulai. dengan mengenakan topeng kayu, si penari mulai beratraksi di atas panggung, lalu membopong sesosok tubuh ke atas panggung. Sosok itu, yang juga mengenakan topeng kayu, yang menari bersama si penari.
Penampilan Ichalago dan satu penari lainnya ini pun seperti dua sosok yang saling berhubungan, antara nurani dan diri sendiri, atau juga seperti jiwa dan sisi pembohong yang ada dalam diri manusia, atau juga antara baik dan jahat.
Hingga kemudian, sosok yang bertopeng dan bertelanjang dada itu tertawa tak henti-henti ke arah si penari, lalu berjalan menjauh dari panggung dan naik ke arah penonton, tertawa lalu menangis, dan kembali lagi naik ke atas panggung.
Penampilan Ichalago malam itu semakin kuat dengan ramuan musik dan tata cahaya yang baik. Di bagian musik, ada beberapa kali ditambahkan bunyi-bunyian noise dan suara berfrekuensi tinggi yang cukup kuat membangun suasana.Yang juga menarik dalam penampilan Ichalago malam itu ketika si penari ini mengenakan kain putih panjang dan menari dengan tepung yang berhamburan, yang membuat penampakan tersebut sangat artistik, apalagi dengan tambahan cahaya lampu sorot yang pas ke arah Ichalago.
Penampilan Ichalago malam itu bisa dibilang sempurna untuk sebuah penampilan kontemporer. Dengan gerak, tata cahaya dan musik yang pas, pertunjukan itu juga semakin berisi dengan kritik sosial yang disampaikan seniman ini lewat karya yang berjudul "BA A DUT" ini.
Seorang pengunjung, Yunius, mahasiswa asal Papua yang hadir malam itu mengaku takjub dengan suguhan yang dihadirkan FNJT3. Apalagi dia mengaku baru pertama kali datang menyaksikan festival seni yang rutin digelar setiap bulan itu.
Editor : Rahmat