Historisitas Monumen-monumen di Sumatera Barat Tempo Doeloe

×

Historisitas Monumen-monumen di Sumatera Barat Tempo Doeloe

Bagikan berita
Historisitas Monumen-monumen di Sumatera Barat Tempo Doeloe
Historisitas Monumen-monumen di Sumatera Barat Tempo Doeloe

Gusti Asnan

FIB-Univ. Andalas-Padang

Monumen atau tugu atau batu peringatan hampir selalu ditampilkan dalam buku panduan wisata atau travelogues berkenaan dengan Sumatera Barat pada masa pemerintahan Hindia Belanda. Para wisatawan ‘dirayu’ untuk mengunjunginya dan ada dua jenis monumen yang dipromosikan saat itu: pertama, monumen sejarah (historical monument); dan kedua, monumen atau tugu khatulistiwa (equator monument).

Ada lima monumen sejarah dan satu monumen equator di Sumatera Barat tempo doeloe. Kelima monumen sejarah tersebut, berdasarkan kronologis pembangunannya, adalah Gedenknaald te Goegoek Malintang (1851), Michiels Monument (1855), Raaff Monument (1860), De Greve Monument (1880), dan Batu Peringatan Satu Tahun Kongres Jong Sumatranen Bond (JSB) (1919). Satu monumen equator yang terkenal saat itu adalah Equator Naaldmonument (1935).

Monumen Guguak Malintang dibangun dalam rangka memperingati pengorbanan tentara Belanda dalam menghadapi pejuang Padri tahun 1841. Monumen Michiels dibangun untuk mengenang A.V. Micheals yang menjadi komandan tentara Belanda dalam mengakhiri perlawanan kaum Padri serta Gubernur Sipil dan Militer Sumatra’s Westkust pertama (1837-1849). Monumen Raaf dibangun untuk memperingati perjuangan A.T. Raaff sebagai komandan tentara Belanda dalam menghadapi kaum Padri pada tahun-tahun pertama ekspansi militer Belanda ke daerah pedalaman Sumatera Barat. Monumen De Greve dibangun untuk mengenang jasa Ir. W.H. De Greve dalam menemukan cadangan batubara Ombilin. Batu Peringatan JSB dibangun dalam rangka mengenang pertemuan para pemuda se Sumatra di kota Padang.

Tidak hanya memiliki makna penghargaan akan jasa pengorbanan para pahlawan atau mengenang peristiwa bersejarah, pembangunan monumen-monumen tersebut juga dikaitkan dengan suatu iven tertentu atau tuntutan tertentu. Pembangunan Monumen Guguak Malintang misalnya dikaitkan dengan peringatan 10 tahun peristiwa perlawanan terakhir tentara Belanda dalam mempertahankan benteng mereka di Guguak Malintang. Peringatan 10 tahun tewasnya tiga prajurit Belanda yang mati-matian mempertahankan benteng mereka, yakni J.G. Schelling, F. Marien, dan Sosemito.

Pembangunan batu peringatan JSB dikaitkan dengan tuduhan kaum ‘nasionalis’ terhadap pemerintah Belanda yang menganakemaskan kaum adat (SAAM), yang mendukung habis-habisan kekuasaan Belanda di negeri ini. Pembangunan Tugu JSB adalah respon ‘positif’ pemweintahan Belanda atas sikap kritis kaum ‘nasionalis’ Indonesia.

Pembangunan Monumen Equator dikaitkan dengan bangkitnya (bergairahnya) dunia wisata Sumatera Barat. Pembangunan Monumen Equator dilakukan oleh Vereeniging Touristen Verkeer/VTV (Perhimpunan Pariwisata Hindia Belanda).

VTV tidak hanya berperan dalam membangun Tugu Equator, tetapi juga merawat dan menjaganya, serta mempopulerkannya untuk wisatawan. VTV ‘memprovokasi’ para wisatawan untuk singah di Tugu Equator.

Editor : Eriandi
Bagikan

Berita Terkait
Terkini