BELANDA - Taty WesthoffVoorburg, Diaspora Minang, Belanda mengaku sedih nelihat keganasan anak muda Minang yang tega memutus tangan temannya saat tawuran dengan menggunakan senjata tajam sebagaimana berita Detik.com
"Jari jemari leluhur kita dahulu membuahkan hasil Budaya yang tak ternilai tingginya. Baik itu merupakan syair, pantun dan kajian para ulama Minangkabau yang harum di dunia. Tidak bisa dilupakan juga para tokoh proklamasi dan para pendahulu kita yang menorehkan sejarah pada perjalan kemerdekaan yang kita miliki sekarang," tulisnya penuh kesedihan.
"Pagi buta di Belanda saya mendapatkan foto yang menyeramkan penuh duka. Terlihat di sebuah tas plastik berwarna abu abu yang isinya sangat menyeramkan.
Hasil dari perbuatan tangan tangan kotor dan berdarah dari pemuda Minang yang secara biadab memisahkan tangan itu secara paksa dari pemiliknya. Bagi seorang ibu melihat foto yang menyeramkan itu sangat menyedihkan. Mengapa hal tersebut bisa terjadi di Ranah Minang yang kita banggakan? " Tulisnya penuh duka
Hari ini Ranah Minang kembali dinodai dengan darah yang tumpah bukan untuk memperjuangkan kemerdekaan tetapi telah merusak dan mencoreng nama kita. Masih berlakukah slogan ABS-SBK?
Mengapa akhir akhir ini remaja di Ranah Minang sudah kehilangan kompas?Kekerasan, pelecehan seksual dan entah apalagi namanya yang sedang bergejolak di tengah-tengah remaja milenial.
Yang jari jarinya dibesarkan, dididik dan diarahkan ke medsos yang jauh dari filosofi ABS-SBK! Dan surau surau tidak pernah mereka kunjungi karena terlalu sibuk memainkan HP nya? Tiada kata yg mampu mengekspresikan kesedihan, kegusaran serta kemarahan yang bergejolak dari seorang ibu yang melihat hasil dari perbuatan keji ini.
Ini bukan maksud dan tujuan dari leluhur kita untuk mengorbankan jiwa raganya untuk sebuah KEMERDEKAAN.
" Semoga ninik mamak, alim ulama, cerdik pandai, mau bersatu untuk memecahkan masalah bersama pemerintah, kami di rantau hanya bisa berdoa untuk Ranah Minang"
Editor : Rahmat