Dan, malam telah sempurna, satu jam PP sudah selesai. Penumpang turun dan tidak ada lagi yang akan naik. Sudah pukul 11 malam. Lampu sepanjang sungai terus menyala, juga bianglala warna-warna, hampir semua warna kecuali hitam. Muka air sungai jadi kanvas untuk pendarahan cahaya malam. Kami menjauh dari sungai, lelah sudah terasa, naik mobil ke hotel, dekat saja.
Saya teringat sungai-sungai kita seperti Batang Arau, namun airnya tidak stabil. Ini, karena sungai pantai barat Sumatera, pendek. Malam di sini, di Tianjin justru terasa panjang. (*) Editor : Rahmat
Terkini