Perempuan Maroko Berpakaian Tradisional China

×

Perempuan Maroko Berpakaian Tradisional China

Bagikan berita
Nejjaoui perempuan Maroko memakai busana tradisional China (foto xinhua)
Nejjaoui perempuan Maroko memakai busana tradisional China (foto xinhua)

Khairul Jasmi

Setidaknya saya menemukan budaya Tiongkok di meja makan. Di jalan dan pasar. Sedang budaya modern mereka di hotel, mall dan dalam kehidupan anak muda mereka.

Di meja makan, tentu saja sumpit sesuatu yang harus ada dalam budaya Asia Timur (China, Jepang dan Korea dan Mangolia). Saya bisa pakai sumpit tapi tak kokoh jepitannya. Sering makanan yang akan dimasukan ke mulut, malah jatuh ke piring.

Budaya makan papan atas, itu dia meja balenong. Sementara warung makan, untuk rakyat biasa, ternyata rapi. Kami masuk ke rumah makan muslim. Wow kacang tanah dan teri goreng ala Medannya nikmat. Medan yang meniru atau China, atur sajalah.

Nasi gorengnya gurih dan satu piring besar tak habis berdua. Padahal itu untuk satu orang. Demikian juga makanan lain seperti mie dan bakso. Porsi besar.

Mereka lebih banyak daging, ikan dan ayam. Di restoran itu, mungkin hanya saya yang memesan nasgor. Kawan-kawan serombongan dengan saya, cincailah, tak dia sentuh pula nasgor. Kerek saya.

Pembangunan infrastruktur, kota yang rapi, sungai yang bersih, daerah sepanjang jalan nan sudah rimbun, ikut membantu membentuk kebiasaan baru orang China di China. Tapi, pria-prianya banyak yang perokok, pada beberapa tempat disediakan tempat merokok, tidak di beberapa lokasi lainnya. Sepanjang jalan silahkan, puntung rokok buang pada tempatnya. Segelintir orang masih sulit meninggalkan budaya meludah sembarang tempat. Kalau toilet atau WC? Praktis dimana-mana bersih, kecuali satu saya temukan di terminal bus sekeluar dari stasiun di Tianjin. Di sana uriniornya setengahnya rusak. Ini samalah dengan kita, bahkan menurut amatan pers, Indonesia lebih buruk.

Di Pasar Budaya Tradisional sepanjang jalan yang dihiasi lampion di Tianjin, saya menemukan wajah Tiongkok yang sesungguhnya. Ada yang jual gulali, segala macam asinan, segala yang manis ada. Saya beli asinan pala juga yang manis. Ini untuk menguji apa aplikasi Alipay di HP Huawei saya bisa dipakai. Bisa. Persis Gopay. Tapi, saya belum berani membeli yang lain. Sering hal pertama membuat kita takut-takut.

Di lokasi pasar tradisional itu banyak bangunan kuno. Juga di sekitarnya ada “terminal” sepeda warna kuning dan biru. Disewa, pakai aplikasi. Silahkan bayar, maka bersepedah Dirut Semen Padang Pak Arif, bukan di pasar budaya ini, tapi dekat Starbucks di lokasi lain.

Editor : Bambang Sulistyo
Bagikan

Berita Terkait
Terkini